PenaEkonomi

Dunia Internasional Hadapi Krisis Air dan Pangan

Dunia Internasional Hadapi Krisis Air dan Pangan
Sekjen PUPR RI Ir. Mohammad Zainal Fatah mengahdiri Stadium General oleh Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)

PenaKu.IDDunia internasional sedang menghadapi tantangan perubahan iklim, beberapa di antaranya adalah krisis air bersih dan krisis pangan. Untuk menanggulangi masalah tersebut, pemerintah mulai melakukan mitigasi. Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) PUPR Ir Mohammad Zainal Fatah pada acara Stadium General yang dilaksanakan oleh Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada Senin (20/6/2022).

Lebih lanjut, Zainal, sapaan akrabnya mengatakan melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia (PUPR), pemerintah mulai membangun beberapa infrastruktur untuk mengatur kecukupan pangan dan air di Indonesia. Menurutnya, kebutuhan air global terus meningkat sebanyak 55 persen sampai tahun 2050 ke depan.

Banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan kebutuhan air tersebut, seperti perubahan sistem pertanian, tata kelola kota, dan juga gaya hidup. “Meskipun kebutuhan air meningkat, ketersediaan air bersih semakin menipis. Banyak sungai dan danau yang sudah tercemari. Secara keseluruhan Indonesia masih pada tahap aman yang dilambangkan dengan warna hijau. Namun untuk beberapa daerah seperti pulau Jawa dan Sulawesi sudah menjadi daerah berwarna kuning. Inilah yang perlu kita waspadai kedepannya,” ungkap pria asal Pamekasan tersebut.

“Kebutuhan air meningkat, namun ketersediaan air bersih semakin menipis,” ujarnya.

Ia mengemukakan banyak sungai dan danau yang tercemar. Namun, secara keseluruhan Indonesia masih pada tahap aman yang dilambangkan dengan warna hijau. Hanya saja, untuk beberapa daerah di Jawa dan Sulawesi sudah menjadi daerah berwarna kuning.

“Ini yang perlu kita waspadai ke depannya,” ucapnya.

“Untuk menanggulangi krisis air bersih dan pangan tersebut, pemerintah mulai melakukan mitigasi, salah satunya membangun infrastruktur untuk mengatur kecukupan air bersih dan pangan di Tanah Air,” katanya saat memberikan kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) seperti dikutip dalam rilis yang diterima di Malang, Jawa Timur, Selasa.

Ia mengemukakan hal itu di depan ribuan mahasiswa UMM yang mengikuti kuliah umum di dome kampus setempat pada Senin (20/6).

Ia mengatakan kebutuhan air global terus meningkat, bahkan mencapai 55 persen sampai tahun 2050. Oleh karena itu, melalui Kementerian PUPR, pemerintah mulai membangun beberapa infrastruktur untuk mengatur kecukupan pangan dan air di Indonesia.

Kondisi ini, lanjutnya, tertinggal dari Amerika Utara yang mampu menampung cadangan air sebanyak 6.000 meter kubik air per tahun atau Australia yang mampu menyimpan air sebanyak 4.700 meter kubik air per tahun.

Dunia Internasional Krisis Air, Solusi Pemerintah Melalui Pembuatan Bendungan

Untuk menanggulangi krisis air yang akan terjadi, Zainal mengatakan bahwa PUPR telah mambangun bendungan. Hujan yang terjadi di Indonesia dapat menghasilkan 2.73 triliun meter kubik air per tahun, namun air yang tertampung dan layak pakai hanya sebanyak 50 meter kubik air per tahun. Hal ini jelas tertinggal dari Amerika Utara yang mampu menampung cadangan air sebanyak 6000 meter kubik air per tahun atau Australia yang mampu menyimpan air sebanyak 4700 meter kubik air per tahun.

“Pembuatan bendungan ini akan menjadi solusi pemerintah untuk menjaga ketersediaan air bersih di Indonesia. Saat ini kami telah menyelesaikan pembangunan 20 bendungan. Rencananya, kami akan membangun total 61 bendungan sampai tahun 2024 nanti. Selain itu, untuk menjaga ketersediaan pangan, pemerintah juga telah menetapkan daerah produksi pangan. Daerah ini bertujuan untuk menyokong kebutuhan pangan daerah maupun nasional,” kata Zainal.

Terkait respon masyarakat mengenai pembangunan yang massif, Zainal menyampaikan bahwa pembangunan infrastruktur di Indonesia memiliki empat peran utama. Pertama sebagai lintas sejarah peradaban di masa yang akan datang. Kedua adalah sebagai peningkat daya saing dengan negara lain. Ketiga adalah sebagai pemerataan keadilan sosial di Indonesia. Terakhir, dengan banyak infrastruktur yang ada, diharapkan bisa memudahkan akses antar daerah dan mempererat persatuan bangsa.

Di sisi lain Rektor UMM, Dr. Fauzan, M.Pd mengatakan bahwa dalam menyiapkan mahasiswa di masa mendatang, Kampus Putih UMM telah menyiapkan dua skema pembelajaran. Pertama, adalah pembelajaran akademik yang berlangsung selama perkuliahan. Kedua, yakni melalui kompetensi leadership yang dibangun di organisasi maupun kegiatan seperti stadium general ini. Potensi dan bakat mahasiswa juga terus didukung, salah satu caranya adalah dengan membentuk berbagai Center of Excellence (CoE).

“Selain mendukung bakat mahasiswa, program CoE ini hadir dalam rangka meningkatkan interaksi antara mahasiswa dan dunia industri. CoE ini dapat diikuti oleh seluruh mahasiswa dan tak terbatas pada jurusan asal mahasiswa tersebut,” pungkasnya mengakhiri.

“Rencananya kami membangun 61 bendungan sampai tahun 2024. Selain untuk menjaga ketersediaan pangan, pemerintah juga telah menetapkan daerah produksi pangan yang bertujuan untuk menyokong kebutuhan pangan daerah maupun nasional,” kata Zainal.

Rektor UMM Fauzan mengatakan dalam menyiapkan mahasiswa di masa mendatang, UMM telah menyiapkan dua skema pembelajaran.

Skema pertama, kata dia, pembelajaran akademik yang berlangsung selama perkuliahan dan kedua, melalui kompetensi kepemimpinan yang dibangun di organisasi maupun kegiatan lain seperti kuliah umum ini.

“Potensi dan bakat mahasiswa juga terus didukung, salah satu caranya adalah dengan membentuk berbagai pusat unggulan. Selain mendukung bakat mahasiswa, program pusat unggulan ini hadir untuk meningkatkan interaksi antara mahasiswa dan dunia industri. Pusat keunggulan ini dapat diikuti oleh seluruh mahasiswa dan tak terbatas pada jurusan mahasiswa,” kata Fauzan.

**Red

Exit mobile version