PenaKu.ID — Jawa Barat menjadi wilayah yang punya kekayaan biodiversitas atau keanekaragaman hayati. Hal itu yang membuat Jabar juga punya potensi di sektor perikanan. Termasuk ikan endemik, Jabar punya beberapa spesies khas yang mendiami sejumlah wilayah kabupaten/kota.
Salah satu ikan endemik Jabar yang cukup potensial dan banyak digemari adalah ikan sidat yang berkembang di kawasan Kabupaten Sukabumi, tepatnya di muara Sungai Cimandiri.
Sidat merupakan jenis ikan yang jadi menu favorit banyak restoran Jepang. Di Jepang ikan sidat disebut unagi. Maka atas latar belakang itu, perlu adanya perhatian khusus terhadap komoditas potensial ini.
Sekretaris Daerah Provinsi Jabar Setiawan Wangsaatmaja menekankan bahwa kekayaan hayati itu sendiri memang perlu dijaga. Maka langkah konservasi terhadap lingkungan adalah hal yang harus digarisbawahi ketika berbicara soal biodiversitas.
Maka dari itu, Pemda Provinsi Jabar mendukung Badan Pangan Dunia atau Food and Agriculture Organization (FAO) yang juga berkolaborasi dengan sejumlah kementerian terkait seperti KKP, PUPR, dan dan pihak lainnya, dalam perencanaan pembangunan jalur laluan ikan (fishway) pada konstruksi bendung.
Jalur laluan ikan dibuat pada struktur melintang agar ikan lokal termasuk sidat atau juga dikenal dengan istilah sunda kancra atau soro agar dapat beraktivitas, migrasi, hingga berkembang baik dengan fasilitas fishway tersebut.
“Jadi fishway ini (diharapkan) tidak hanya menyelamatkan spesies ikan, mempertahankannya dari biodiversitas, tapi konservasi lingkungan menjadi penting. Di Jabar saat ini perairannya sudah tanggung seperti ini dan harus terus diperhatikan,” ujar Setiawan Wangsaatamaja saat membuka Fishway Masterclas, bersama FAO di Crown Plaza Hotel, Jalan Lembong, Kota Bandung, Senin (27/06/2022).
Fishway Masterclass bersama FAO mengambil tema_’Remarks on Important of Fish Irrigation Collaboration_’
Jabar Punya Jalur Lautan Ikan
Sekda juga menyebut, bahwa Jabar punya sejumlah bendungan besar yang potensial, di antaranya terhubung dengan Sungai Citarum. Tentunya dapat menjadi perhatian organisasi FOA terkait dengan jalur laluan ikan ini.
Di satu sisi, kata Setiawan, ada tantangan di mana Sungai Citarum yang sudah dalam kondisi cemar ringan menjadi tempat tinggal ikan sapu- sapu yang tumbuh di dasar sungai. Ikan sapu- sapu jadi satu jenis ikan yang mampu bertahan di kondisi sungai Jabar saat ini.
Ikan sapu- sapu ini menghisap lumpur dasar sungai. Maka ketika sungai tercemar limbah ikan sapu- sapu ini turut menghisap limbah yang ada. Sehingga ikan ini mengandung logam berat.
Sementara itu, ikan ini justru kerap dimanfaatkan beberapa warga untuk olahan pangan, di antaranya menjadi bahan bakso ikan, empek- empek, hingga siomay.
“Ikan sapu -sapu kerap jadi pengganti olahan ikan, di saat ikan belida, sidat, atau ikan lainnya tidak ditemukan, akhirnya banyak yang memanfaatkan dari ikan sapu- sapu,” kata Setiawan.
Maka jalur laluan ikan sidat diharapkan jadi solusi agar ikan konsumsi dapat berkembang dan dimanfaatkan dengan baik sehingga menjadi sumber daya yang dapat dimanfaatkan masyarakat baik dari segi gizi terlebih nilai ekonomi.
**Dws