Tutup
PenaPeristiwa

Dehumanisasi Palestina oleh Israel: Penghalang Perdamaian di Gaza

×

Dehumanisasi Palestina oleh Israel: Penghalang Perdamaian di Gaza

Sebarkan artikel ini
Dehumanisasi Warga Palestina oleh Israel: Penghalang Perdamaian di Gaza
Dehumanisasi Warga Palestina oleh Israel: Penghalang Perdamaian di Gaza/(ilustrasi/@pixabay)

PenaKu.ID – Upaya perdamaian di Gaza terus menghadapi tantangan berat, meskipun berbagai pihak internasional berusaha menciptakan solusi.

Mantan penasihat pemerintah Israel, Daniel Levy, menyoroti faktor mendasar yang menghambat perdamaian, yakni dehumanisasi warga Palestina.

Levy berpendapat bahwa pendekatan ini tidak hanya merusak peluang gencatan senjata, tetapi juga memperburuk konflik di wilayah tersebut.

Dalam wawancara dengan Steve Clemons, Levy mengungkapkan bahwa Israel menyadari kekejaman yang mereka lakukan di Gaza.

Namun, keinginan untuk merampas tanah dan hak asasi manusia warga Palestina, ditambah dehumanisasi menyeluruh, menjadi penghalang signifikan bagi tercapainya perdamaian.

Upaya Gencatan Senjata di Palestina

Sejak awal konflik, berbagai negara Barat dan Arab telah berusaha mendorong gencatan senjata di Gaza. Namun, menurut Levy, Israel tampak tidak menunjukkan minat serius untuk mencapai kesepakatan.

Ketidakpedulian Israel terhadap gencatan senjata ini, menurut Levy, berakar pada keinginan untuk mempertahankan dominasi wilayah dan memperkuat narasi dehumanisasi terhadap Palestin. Hal ini menciptakan jurang yang semakin lebar antara kedua pihak, sekaligus memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza.

Levy juga menambahkan bahwa sikap Israel tidak hanya berdampak pada warga Palestina, tetapi juga pada reputasi Israel sendiri di kawasan Timur Tengah. Meskipun beberapa negara Arab mulai menormalisasi hubungan dengan Israel, masyarakat umum di kawasan tersebut tetap menolak keberadaan Israel karena kebijakan yang dianggap melanggar hak asasi manusia.

Dampak Dehumanisasi Palestina terhadap Hubungan Regional

Menurut Levy, dehumanisasi warga Palestina oleh Israel memiliki konsekuensi besar, tidak hanya bagi Palestina tetapi juga bagi posisi Israel di Timur Tengah. Sikap ini, kata Levy, mencegah Israel untuk benar-benar diterima di kawasan tersebut.

“Normalisasi hubungan dengan pemerintah Arab tidak serta merta mencerminkan penerimaan masyarakat Arab terhadap Israel,” ujar Levy. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan dehumanisasi bukan hanya masalah moral, tetapi juga strategi yang merugikan posisi Israel di mata dunia internasional.

Sumber : aljazeera.com