PenaKu.ID — Bupati Bandung H.M. Dadang Supriatna kembali melaksanakan Program Bunga Desa di Kabupaten Bandung, (Bupati Ngamumule Desa) di Kampung Legok Bedo 3 RT 03/RW 14 Desa Cipelah Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung, Jumat (4/3/2022) sore.
Program Bunga Desa itu merupakan kegiatan unggulan Bupati Bandung dalam rangka lebih mendekatkan diri dengan masyarakat dengan cara menginap di rumah warga yang akan dilaksanakan sampai Sabtu (5/3/2022).
Program ini dilaksanakan setiap dua Minggu sekali, setelah sebelumnya melaksanakan program Bunga Desa di Desa Cipanjalu Kecamatan Cilengkrang, Desa Ciluluk Kecamatan Cikancung, Desa Girimekar Kecamatan Pacet, dan di Kecamatan Pangalengan.
Hadirnya Bupati Bandung disambut oleh warga sekitar, di antaranya pemilik rumah pasangan suami istri Dedi beserta istrinya Susi, warga Kampung Legok Bedo tersebut. Rumah milik pasangan suami istri itu yang ditempati Bupati Dadang Supriatna untuk menginap selama satu malam. Kehadiran orang nomor satu di tengah-tengah warga Kampung Legok Bedo tersebut bertujuan untuk menjalin silaturahmi, bahwa pemerintah hadir di tengah-tengah masyarakat.
Melalui program Bunga Desa itu, Kang DS, panggilan akrab Dadang Supriatna itu bisa melihat langsung secara konkrit kondisi sosial masyarakat, termasuk ekonomi dan kesehariannya.
“Abdi ngiring mondok samalam di bumi ieu,” kata Kang DS, saat meminta izin kepada pemilik rumah, Dedi dan Susi.
Mendengar penuturan Kang DS, Susi pun langsung menjawabnya. “Bumina butut. Bumina oge bade rugrug,” jawab Susi di depan Bupati Bandung sembari didampingi Ketua TP PKK Kabupaten Bandung yang juga istri Bupati Bandung, Hj. Emma Dety Supriatna.
Mendengar penuturan Susi, Kang DS pun menyatakan kesiapannya bahwa rumah milik Dedi dan Susi itu akan dibedah rumah. “Engke rumahna bade dibedah rumah,” kata Kang DS, sembari disambut terima kasih oleh Dedi beserta Susi.
Kang DS beserta istrinya pun mengajak Dedi dan Susi berbincang santai sambil menikmati air teh hangat. Keakraban Kang DS bersama warganya sangat terlihat.
Kang DS pun sempat bertanya kepada pasangan suami-istri tersebut, terkait dengan pekerjaannya sehari-hari sebagai perani. Pasangan suami istri ini mengaku sebagai buruh tani, dengan menyewa lahan milik orang lain. Biaya sewanya Rp 50.000/patok, setiap patoknya 25 tumbak (14 meter persegi/tumbak).
Bupati Bandung pun memberikan informasi sekaligus mensosialisasikan kepada warga terkait program peningkatan ekonomi masyarakat melalui pinjaman modal usaha tanpa bunga. Sehingga pada kesempatan itu, Bupati Bandung turut menghadirkan Komisaris PT BPR Kertaraharja Uben Yunara, Direktur BPR Kertaraharja H. Aep Hendar, dan perwakilan BJB.”Jika program ini berjalan akan memberikan manfaat bagi masyarakat,” katanya.
Kang DS pun memberikan informasi kepada masyarakat, bahwa ada obtaker yang siap mengeluarkan anggaran untuk pengembangan pertanian singkong kepada warga yang ada di Desa Cipelah. “Kalau ada lahan seluas 1000 hektare, sudah ada obtaker yang siap mengeluarkan anggaran senilai Rp 11,5 juta per hektare. Jadi dengan lahan seluas 1000 hektare, anggaran yang disiapkan 11,5 miliar. Mau tanam kopi juga silahkan, yang penting ada lahannya. Saya siap memfasilitasi anggarannya untuk biaya pertanian tersebut,” ungkapnya.
Kang DS mencontohkan sudah ada lahan 1000 hektare di Kecamatan Kertasari yang dikabarkan mengembangkan pertanian singkong. “Produksi singkong itu untuk pembuatan tapioka, untuk meningkatkan ekonomi masyarakat,” ungkapnya.
Dalam proses pertaniannya, ia mengungkapkan, bisa dengan cara tumpang sari dengan tanaman jagung, karena bisa dipanen setelah usia tanam 3 bulan. “Sedangkan tanaman singkong berusia tanam 9 bulan sekali, baru bisa dipanen,” tuturnya.
Kang DS menyebutkan, jika para petani rajin dan telaten, bisa sukses dalam mengembangkan usaha pertanian. “Tidak ada yang tidak sukses, kalau petani itu rajin dan telaten. Yang tidak sukses itu, lahan ada, tapi petani tak ada kemauan. Kebanyakan pemuda sekarang gengsi kalau bertani itu. Padahal, bertani itu sangat menguntungkan,” tuturnya.
Sementara itu, rumah pasangan Dedi dan Susi, yang ditempati Bupati Bandung untuk menginap semalam itu, mungkin rumah yang paling jelek karena sudah termakan usia.
Dinding rumahnya yang terbuat dari bilik bambu sudah terlihat lusuh, cat putihnya sudah terkelupas. Lantai rumahnya pun terbuat dari papan, yang sudah termakan usia. Atap rumahnya pun terbuat dari bilik bambu, dengan kondisi yang sudah keropos, sehingga rumah yang diperkirakan sudah berusia puluhan tahun itu sudah waktunya untuk dibedah melalui program Bunga Desa.
***Dws