PenaPeristiwa

Tiga Daerah Dilanda Tanah Retak di Kabupaten Cianjur

tanah gerak
tanah bergerak di kab cianjur (jabar.antaranews)

PenaKu.ID – Sejumlah kecamatan di Kabupaten Cianjur Jawa barat mengalami bencana hidrometrologi yang sudah berlangsung selama kurang lebih satu bulan ke belakang. Bencana ini meliputi  banjir, longsor, pergerakan tanah dan angin puting beliung.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur, Jawa Barat, mencatat tiga kecamatan itu adalah Kecamatan Cipanas, Kecamatan Sukaresmi dan Kecamatan Mande.

Melansir jabar.siberindo, Sekretaris BPBD Cianjur, Irfan Sopyan saat dihubungi di Cianjur, Senin, mengatakan bencana hidrometeorologi yang terjadi di Desa Batulawang, Sindanglaya dan Palasari-Kecamatan Cipanas, angin puting beliung dan pergerakan tanah.

Di Desa Rawabelut, Kecamatan Sukaresmi, terjadi pergerakan tanah, sedangkan di Kecamatan Mande terjadi banjir bandang.

“Bencana hidrometeorologi terjadi setelah sebagian besar wilayah tersebut, diguyur hujan dengan intensitas tinggi dalam beberapa hari terakhir, sehingga menyebabkan berbagai bencana alam terjadi di satu wilayah,” katanya

Faktor utama terjadinya bencana hidrometeorologi akibat tingginya intensitas hujan setiap harinya, bahkan hingga saat ini, ungkap dia, instesintas hujan deras yang turun hampir merata di sebagian besar wilayah Cianjur, sehingga warga diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan.

“Kami tetap mengimbau warga untuk waspada dan ekstra hati-hati serta segera mengungsi jika melihat tanda alam akan terjadinya bencana. Terlebih hingga saat ini, curah hujan masih tinggi melanda sebagian besar wilayah Cianjur mulai dari utara hingga selatan,” katanya.

Pihaknya mendata dari tiga kecamatan yang dilanda bencana alam tersebut, menyebabkan seratusan kepala keluarga mengungsi, 24 rumah terendam banjir, sehingga rusak berat dan sedang di Desa Murnisari, Kecamatan Mande.

Sedangkan akibat pergerakan tanah di Desa Palasari, Kecamatan Cipanas, 14 rumah rusak berat dan akibat pergerakan tanah di Desa Rawabelut, Kecamatan Sukaresmi, 15 rusak berat tidak dapat ditinggali, sehingga puluhan jiwa terpaksa mengungsi.

“Hingga saat ini, belasan kepala keluarga yang terdiri dari 43 jiwa di Desa Rawabelut masih mengungsi karena pergerakan tanah terus meluas dengan kedalaman yang lebih dari 2 meter. Mereka mengungsi di sejumlah tempat termasuk di rumah sanak saudaranya,” kata Irfan.

Pihaknya masih menempatkan petugas dan relawan untuk terus memantau kondisi pergerakan tanah di wilayah Rawabelut, jika terus terjadi dan meluas, tidak tertutup kemungkinan warga di satu ke RW akan direlokasi ke tempat yang dinilai aman dari pergerakan tanah.

**Redaksi

Exit mobile version