PenaKu.ID – Nilai tukar rupiah (IDR) mengalami pelemahan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari Senin (3/11/2025). Mata uang Garuda harus mengakui kekuatan dolar AS dan terdepresiasi sebesar 0,15%, menutup perdagangan di posisi Rp16.650 per dolar AS.
Berdasarkan data Refinitiv, level penutupan ini merupakan yang terlemah bagi rupiah sejak 30 September 2025. Padahal, IDR sempat dibuka menguat tipis 0,03% di level Rp16.620 pada awal perdagangan. Namun, tekanan dari greenback terlalu kuat sehingga rupiah berbalik arah dan menutup hari di zona merah.
Dampak Sinyal ‘Hawkish’ The Fed Rupiah
Pelemahan IDR ini tidak terlepas dari faktor eksternal, terutama penguatan dolar AS di pasar global. Kekuatan dolar kembali terdorong oleh perubahan ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).
Meskipun The Fed baru saja memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin pekan lalu, pasar kini menilai langkah tersebut bisa jadi yang terakhir di tahun ini. Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan bahwa bank sentral akan lebih berhati-hati untuk tidak melonggarkan kebijakan terlalu cepat.
Peluang Pemangkasan Suku Bunga Rupiah Menurun
Komentar Powell tersebut ditafsirkan pasar sebagai sikap yang relatif hawkish. Akibatnya, pelaku pasar menahan diri untuk memproyeksikan pemangkasan lanjutan di bulan Desember. Berdasarkan data CME FedWatch Tool, peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember kini menurun menjadi hanya sekitar 68%, dari sebelumnya di atas 80% sebelum rapat FOMC.
Situasi ini membuat imbal hasil aset berbasis dolar AS dipandang masih lebih menarik. Investor global pun kembali memburu dolar, yang pada gilirannya memberikan tekanan pada mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.**
