PenaKu.ID – Sistem pertahanan udara Iron Dome kerap dipuji sebagai “tameng tak tertembus” milik Israel.
Namun belakangan, beberapa rudal Iran berhasil menembus blokade dan menghantam kawasan vital Tel Aviv.
Hal ini termasuk Distrik Kirya—markas IDF dan Kementerian Pertahanan.
Iron Dome Israel vs Kombinasi Rudal Iran
Iran menerapkan strategi “banjir proyektil” dengan meluncurkan gelombang rudal balistik kecepatan tinggi dan drone kamikaze Shahed secara bersamaan.
Volume serangan yang masif memaksa Iron Dome memilih target prioritas—rudal yang mengancam area padat penduduk—sementara sisa proyektil dibiarkan lolos.
Ketika sasaran jatuh di kawasan strategis, ini menunjukkan potensi overload pada sistem deteksi dan komando.
Metode Pengelabuan Iron Dome Israel
Menurut The Kyiv Independent, IRGC mengklaim menggunakan panduan khusus agar rudal pencegat Israel saling bertabrakan dalam formasi.
Taktik ini menciptakan “kekacauan” di antara sistem pertahanan terpadu, termasuk David’s Sling dan Arrow.
Kombinasi rudal balistik >3.200 km/jam dan drone sulit dideteksi mengekspos keterbatasan Iron Dome saat menghadapi serangan terkoordinasi dengan kecepatan tinggi.
Walau Iron Dome Israel memiliki klaim tingkat keberhasilan hingga 90%, realita medan tempur modern membuktikan tidak ada sistem yang sempurna.
Terbatasnya jumlah interceptor dan prioritas perlindungan membuat beberapa ancaman mampu menembus pertahanan.
Analis seperti Malcolm Davis dari ASPI menekankan bahwa strategi terbaik adalah menerobos sistem dengan jumlah serangan yang melebihi kapasitas pertahanan.
Kebobolan Iron Dome bukan berarti kegagalan total, melainkan peringatan bahwa konflik modern menuntut inovasi bertahan yang terus berkembang.
Israel kini dihadapkan pada tantangan meningkatkan kapabilitas dan integrasi sistem udara untuk mendeteksi dan menangkis serangan berlapis di masa depan.**
