Ekonomi

Rupiah Patahkan Tren Pelemahan, Dolar AS Tumbang Meski Data Ekonomi Solid

Rupiah Patahkan Tren Pelemahan, Dolar AS Tumbang Meski Data Ekonomi Solid
Rupiah Patahkan Tren Pelemahan, Dolar AS Tumbang Meski Data Ekonomi Solid/(pixabay)

PenaKu.ID – Mata uang Garuda (IDR) berhasil membalikkan keadaan pada perdagangan Kamis (6/11/2025). Setelah tiga hari melemah berturut-turut, nilai tukar rupiah akhirnya ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Refinitiv, IDR ditutup di level Rp 16.690 per dolar AS, mencatatkan penguatan tipis 0,06%. Pergerakan ini cukup dinamis sepanjang hari. Dibuka naik 0,03% di posisi Rp16.680, rupiah sempat tergelincir ke zona merah hingga menembus level Rp16.700, sebelum akhirnya berhasil bangkit dan menguat menjelang penutupan perdagangan. Penguatan ini memberikan sentimen positif bagi pasar domestik setelah tekanan beberapa hari terakhir.

Melemahnya Rupiah Indeks Dolar (DXY)

Faktor eksternal utama yang menopang rupiah adalah koreksi yang dialami oleh dolar AS di pasar global. Indeks Dolar (DXY), yang menjadi acuan kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama dunia, terpantau berada di zona merah.

Pada sore hari, DXY melemah 0,20% ke level 100,006. Pelemahan ini terjadi setelah dolar AS menikmati reli panjang sejak akhir Oktober. Koreksi ini menunjukkan pelaku pasar mulai mengambil untung dan mengurangi kepemilikan aset dolar, memberikan ruang napas bagi mata uang emerging market seperti rupiah.

Paradoks Rupiah Data Ekonomi AS

Menariknya, pelemahan dolar terjadi meskipun data ekonomi AS terbaru menunjukkan kondisi yang masih solid. Dolar sebelumnya sempat menyentuh level tertinggi dalam lima bulan terakhir.

Laporan ADP private payrolls mencatat penambahan 42.000 lapangan kerja di sektor swasta, dan data survei ISM jasa juga melampaui ekspektasi pasar. Namun, data yang kuat ini justru menimbulkan keraguan baru. Pasar kini skeptis mengenai peluang pemangkasan suku bunga lanjutan oleh The Federal Reserve pada Desember, terutama setelah Ketua The Fed Jerome Powell memberikan sinyal kehati-hatian terkait pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut.**

Exit mobile version