PenaKu.ID
Trending

Peningkatan SDM di Metropolitan Rebana, untuk Kepentingan Siapa?

Opini : Tawati (Muslimah Revowriter Majalengka dan Member WCWH)

PenaKu.ID – Politeknik Manufaktur (Polman) Bandung akan membuka kampus 2 di Kabupaten Majalengka. Kampus tersebut diproyeksikan mampu menjawab kebutuhan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di kawasan Metropolitan Rebana.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan kebutuhan ekosistem vokasi di kawasan Metropolitan Rebana menjadi sebuah urgensi. Pasalnya dalam beberapa tahun mendatang kawasan ini diproyeksikan menjadi super koridor ekonomi Indonesia, sehingga kebutuhan SDM yang berkualitas menjadi hal wajib yang harus dipenuhi. (Bisnis.com, 25/3/2021).

Pendidikan vokasional memang sedang terus diaruskan di tengah krisis multidimensi yang tiada henti. Skema pendidikan ini tampaknya benar-benar dipercaya bisa menjadi jurus jitu memperkuat daya saing SDM Indonesia yang dipandang masih lemah.

Terutama dalam menghadapi besarnya tantangan masa depan Indonesia, di tengah era bonus demografi dan pasar bebas.

Tercatat, pada periode tahun 2017-2018 kemampuan daya saing SDM Indonesia masih berada di peringkat 36 dari 137 negara yang diukur. Sementara pada periode tahun 2020-2030, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia melonjak naik dari kisaran 268 juta hingga 293 juta orang. Sebanyak 70 persen di antaranya masuk dalam kelompok usia produktif.

Baca Juga:

Ini berarti di masa mendatang akan banyak persoalan yang harus diselesaikan. Salah satunya adalah persaingan di dunia kerja yang makin ketat. Tak hanya di antara tenaga kerja lokal, tapi juga persaingan dengan tenaga asing yang makin deras masuk ke tanah air.

Sekilas rencana peningkatan SDM nampak bagus namun untuk kepentingan siapa? Menyediakan SDM siap pakai hanyalah jalan untuk memuluskan para kapitalis yang sedang membangun metropolitan rebana. Rakyat hanya menjadi buruh murah yang mengabdi pada kepentingan kapitalis.

Pendidikan tinggi telah menjadi alat penjajahan untuk tujuan kebijakan Barat asing. Pendidikan tinggi di sistem sekular tidak ditujukan untuk menciptakan generasi emas dan peradaban emas. Mata kuliah di pendidikan tinggi tidak diajarkan untuk mencapai tujuan men-support pembangunan negeri-negeri Islam, tetapi lebih mengarah pada kepentingan individualistik yang terpisah dari kepentingan umat.

Pendidikan tinggi yang seharusnya mencetak SDM (sumber daya manusia) yang mampu memenuhi kebutuhan umat, menghasilkan penemuan dan karya yang mampu dinikmati secara luas oleh masyarakat, justru semakin difokuskan pada memenuhi kebutuhan dunia industri atau pasar. Sementara dunia pasar adalah dunia bisnis alias dunia untung-rugi bukan dunia pelayanan dan pengabdian.

Hal ini menunjukkan desain pendidikan pragmatis yang hanya menjadikan dunia pendidikan untuk mencetak SDM pekerja alias buruh. Padahal pendidikan sejatinya untuk mencetak generasi unggul berperadaban mulia, bukan hanya terampil dalam profesinya saja.

Lain halnya dalam sistem Islam. SDM berkualitas akan bisa diwujudkan. Khilafah akan menerapkan sistem pendidikan yang berbasis Ideologi Islam, yang dipastikan tak hanya berorientasi menghasilkan SDM yang sekadar punya skill, tapi juga SDM yang memiliki kepribadian Islam.

Yakni SDM yang paham bahwa mereka hidup diciptakan oleh Sang Pemilik Kehidupan, sebagai hamba yang wajib tunduk kepada-Nya, sekaligus menjadi pengurus alam semesta yang taat pada aturan-Nya dan karenanya wajib memiliki skill untuk menjalankan misi hidupnya.

Visi pendidikan inilah yang akan menjiwai arah dan tujuan sistem pendidikan Islam. Juga menjadi nyawa bagi kurikulum dan metode pembelajaran yang diterapkan. Hingga akan terlahir dari sistem ini profil generasi yang berkarakter pemimpin dengan kualitas ketakwaan yang tinggi dan siap menjadi problem solver bagi masalah-masalah keumatan.

Tentu back up khilafah atas keberlangsungan sistem pendidikan ini begitu optimal. Mulai dari penyediaan sarana prasarana, dukungan maksimal pada para guru, dukungan terhadap riset, insentif yang besar dan tak terbatas pada peserta didik, dan lain-lain. Termasuk pengkondisian situasi sosial dan politik yang memastikan arah dan tujuan pendidikan bisa terealisasi.

Dengan demikian, bukan seperti output pendidikan hari ini, yang disiapkan hanya sekadar untuk memenuhi kebutuhan lapangan kerja, sebagaimana robot yang siap didikte oleh operatornya. Melainkan profil generasi kreatif dan inovatif yang dengan ilmunya siap berkontribusi terhadap peradaban umat Islam di masa yang akan datang.

Profil sistem pendidikan ideal Islam dalam format khilafah ini bukan cuma ada dalam dongeng, tapi tercatat dalam buku-buku sejarah emas peradaban Islam di masa lalu. Hingga di masa itu dunia Barat pun tertarik untuk berbondong-bondong mengirimkan pemuda-pemudinya demi mencicipi kehebatan universitas-universitas Islam.

Dari sistem ini telah lahir nama-nama besar ilmuwan Islam peletak dasar ilmu-ilmu modern. Bahkan tak hanya itu, ketinggian peradaban yang diikuti oleh kemajuan teknologi umat Islam telah menjadikan khilafah sebagai negara trend setter dan adidaya yang disegani bangsa-bangsa di dunia.

Related Articles

Back to top button