PenaEkonomi

Mengungkap Perbandingan Antara Analisa Fundamental dan Teknikal dalam Trading Forex

Mengungkap Perbandingan Antara Analisa Fundamental dan Teknikal dalam Trading Forex
Antara Analisa Fundamental dan Teknikal dalam Trading Forex/(ilustrasi/@pixabay)

PenaKu.ID – Dalam dunia trading forex, para trader menggunakan dua pendekatan utama untuk menganalisis pergerakan harga, analisa fundamental dan analisa teknikal.

Kedua jenis analisa ini memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing, dan digunakan untuk menentukan titik entry yang tepat.

Namun, seberapa besar pengaruh kedua jenis analisa ini dalam mengalahkan “pemilik uang” yang memegang kendali pasar? Mari kita bahas secara lebih mendalam.

Analisa teknikal merupakan pendekatan yang banyak digunakan oleh trader jangka pendek maupun jangka panjang.

Teknik ini melibatkan penggunaan indikator-indikator yang dirancang untuk mengidentifikasi pola-pola pergerakan harga, level support dan resistance, serta momentum pasar. Beberapa indikator yang sering digunakan oleh trader teknikal antara lain:

  1. Moving Average (MA) – Untuk menentukan arah trend pasar.
  2. Oscillator – Seperti RSI (Relative Strength Index) atau Stochastic, digunakan untuk mengidentifikasi kondisi overbought atau oversold.
  3. Bollinger Bands – Digunakan untuk menentukan level exit atau profit taking.

Dengan menggunakan indikator-indikator ini, trader berharap dapat melihat sinyal kapan saat yang tepat untuk membuka posisi beli (buy) atau jual (sell). Namun, apakah analisa teknikal selalu berhasil?

Bagaimana dengan Analisa Fundamental

Berbeda dengan analisa teknikal, analisa fundamental lebih fokus pada data ekonomi dan indikator-indikator yang mencerminkan kesehatan ekonomi suatu negara.

Bagi trader berpengalaman, baik yang menggunakan analisa teknikal maupun fundamental, mereka akan mengatakan bahwa tidak ada analisa yang dapat menjamin keberhasilan 100%.

Contohnya, dalam analisa teknikal, Anda mungkin melihat sinyal overbought pada indikator Oscillator dan memutuskan untuk membuka posisi sell.

Namun, harga bisa saja terus bergerak naik karena momentum pasar yang lebih kuat, yang mengakibatkan Anda mengalami floating loss.

Begitu juga dengan analisa fundamental. Misalnya, setelah rilis data Non-Farm Employment Change yang lebih tinggi dari ekspektasi, Anda membuka posisi buy dengan harapan USD akan menguat.

Namun, ternyata harga justru bergerak turun, kemungkinan karena aksi profit taking oleh trader besar yang mempengaruhi pergerakan pasar.

**

Exit mobile version