PenaKu.ID – Hidup di tengah masyarakat yang majemuk menuntut kita untuk berinteraksi dengan individu dari berbagai latar belakang. Perbedaan suku, agama, ras, status sosial, pandangan politik, dan orientasi adalah keniscayaan. Namun, seringkali perbedaan ini menjadi sumber prasangka (prejudice) yang menghalangi kita untuk menerima orang lain secara tulus apa adanya.
Prasangka adalah sikap negatif yang kita bentuk terhadap seseorang atau sekelompok orang, seringkali bahkan sebelum kita mengenal mereka secara pribadi. Ini adalah penghalang besar dalam komunikasi dan hubungan sosial. Belajar menerima orang tanpa pandang bulu bukan hanya soal bersikap baik, tetapi ini adalah fondasi dari masyarakat yang inklusif, adil, dan harmonis.
Menerima orang lain apa adanya adalah sebuah keterampilan yang bisa dipelajari dan dilatih. Ini membutuhkan kesadaran diri, kemauan untuk membuka pikiran, dan keberanian untuk menantang asumsi yang telah lama tertanam di dalam diri kita. Proses ini dimulai dari dalam diri sendiri, dengan mengenali bias yang mungkin kita miliki tanpa kita sadari.
Mengenali dan Menantang Bias Internal Menerima
Langkah pertama untuk menerima orang lain adalah mengenali bahwa kita semua memiliki bias. Bias ini terbentuk dari lingkungan, keluarga, media, dan pengalaman pribadi kita. Akui bahwa Anda mungkin memegang stereotip tertentu terhadap kelompok tertentu. Kesadaran ini adalah langkah awal untuk berubah.
Setelah Anda sadar, tantang bias tersebut. Setiap kali Anda mendapati diri Anda menghakimi seseorang berdasarkan penampilan atau latar belakangnya, berhentilah sejenak. Tanyakan pada diri sendiri, “Apakah penilaian saya ini didasarkan pada fakta, atau hanya asumsi?” Cobalah untuk mengganti pikiran negatif itu dengan pertanyaan yang lebih terbuka dan rasa ingin tahu.
Kekuatan Mendengar Aktif dan Empati untuk Menerima
Cara terbaik untuk mematahkan prasangka adalah melalui interaksi dan empati. Cobalah untuk benar-benar mendengarkan (active listening) ketika berbicara dengan orang yang berbeda dari Anda. Dengarkan untuk memahami cerita dan perspektif mereka, bukan hanya untuk menunggu giliran Anda berbicara atau menyanggah.
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri Anda pada posisi orang lain dan merasakan apa yang mereka rasakan. Ketika Anda berempati, Anda akan menyadari bahwa di balik semua perbedaan label, kita semua adalah manusia yang memiliki harapan, ketakutan, dan keinginan yang sama untuk dihargai. Dengan mempraktikkan empati, kita tidak lagi melihat orang lain sebagai “mereka”, tetapi sebagai “kita”.**
