PenaRagam
Trending

Kisah Pilu Nenek Itoh di Bandung Barat Bikin Meleleh

Nenek Itoh (66) tinggal sebatang kara di bawah atap rumah panggung yang tidak layak huni

PenaKu.ID – Kisah pilu Nenek Itoh seorang lansia pembuat tusuk sate asal Kampung Pasirtengah RW 09 RT 04, Desa Tanjung Wangi, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat (KBB) Jawa Barat membuat terenyuh.

Nenek Itoh (66) tinggal sebatang kara di bawah atap rumah panggung yang tidak layak huni. Kediamanya pun tidak dilengkapi dengan kloset.

Jika dirinya ingin membuang air besar, Nenek Itoh harus rela merangkak ke kediaman tetangga terdekatnya.

Wanita ini tidak memiliki keturunan dari almarhum suami tercinta yang telah lama meninggal. Mirisnya lagi, sang nenek ini sering merasakan sakit di bagian perut yang belum diketahui apa penyakitnya.

Dirinya mengaku, sulit pergi berobat lantaran belum memiliki cukup uang untuk biaya perawatan dan membeli obat.

Bahkan, Itoh juga selama ini belum pernah menerima bantuan sosial dari pemerintah pusat seperti, bantuan pangan non tunai (BPNT), program keluaga harapan (PKH).

“Ema mah teu acan pernah narima jang [saya itu belum nerima bantuan], ema mah mung bisa ninggal batur cigah narima bantuan beas [saya hanya bisa melihat orang lain yang menerima bantuan beras],” ucap Itoh bernada sedih kepada wartawan, Jumat (23/06/23).

Itoh ini mempunyai keseharian sebagai pembuat tusuk sate dengan harga hanya Rp9.000. Dalam sehari, dirinya hanya mampu membuat tusuk sate kurang lebih sebanyak 500 butir.

Jika dihitung per hari, penghasilan lansia ini kurang lebih hanya Rp4.500 dari hasil menjual tusuk sate ia buat tersebut.

Penghasilannya tersebut, tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Itoh sendiri. Oleh karena itu, dirinya sangat mengharapkan bantuan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Barat.

Nenek Itoh Luput Bantuan Pemerintah

Ketua Rw 09 Desa Tanjung Wangi, Kecamatan Cihampelas, KBB, Heri membenarkan bahwa Ma Itoh belum pernah menerima bantuan seperti, Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dan Program Keluarga Harapan (PKH).

“Kita hanya bisa memberikan bantuan langsung tunai (BLT) yang berasal dari Pemerintah Desa Tanjung Wangi. Beliau tidak dapat BPNT dan PKH karena tidak memiliki keturunan dan terkendala administrasi kependudukan,” katanya.

Di wilayahnya saja, ada beberapa lansia yang bernasib serupa dengan Ma Itoh. Namun, sebagian mendapat bantuan dari pemerintah pusat lantaran memiliki keturunan.

“Saya harap pemerintah bisa memberikan bantuan kepada para lansia yang ada di sini terutama kepada Ma Itoh,” ujarnya.

Ia mengaku kecewa lantaran tidak pernah dilibatkan pendataan penerima bantuan sosial dari pemerintah pusat tersebut. Oleh karena itu, Heri menilai, bantuan-bantuan tesebut belum tepat sasaran.

“Keinginan saya jika ada segala macam bantuan, para RT RW setempat bisa dilibatkan dari sebelumnya. Jangan sampai hanya orang itu-itu lagi yang dapat bantuan,” pungkasnya.

***

Related Articles

Back to top button