Ekonomi

Kenaikan Harga Kopi Arabika

Kenaikan Harga Kopi Arabika
Kenaikan Harga Kopi Arabika/(ilustrasi/@pixabay)

PenaKu.ID – Harga kopi arabika kembali mencuri perhatian di pasar komoditas global.

Pada Senin (10/2/25), harga kopi arabika berjangka di bursa ICE KCc2 mencapai rekor tertinggi, menandakan adanya tren reli yang telah berlangsung selama 13 sesi perdagangan berturut-turut.

Di tengah dinamika pasar global, harga yang mencapai sekitar $4,163 per pon dan kenaikan sebesar 4,9 persen pada hari tersebut menunjukkan betapa kompleksnya interaksi antara faktor produksi, permintaan, dan kondisi cuaca.

Sejak awal tahun ini, harga kopi arabika telah meningkat sekitar 25 persen, mengikuti lonjakan tajam sebesar 70 persen pada tahun sebelumnya.

Kenaikan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan trader dan perusahaan pemanggang kopi yang tengah berjuang mengamankan pasokan untuk memenuhi permintaan pasar global.

Di balik angka-angka tersebut, terdapat dinamika kompleks yang melibatkan kebijakan petani, kondisi cuaca, dan fluktuasi nilai tukar mata uang.

Dinamika Produksi Kopi Arabika dan Permintaan Global

Brazil, sebagai salah satu produsen kopi terbesar di dunia, memainkan peran kunci dalam menentukan kestabilan pasokan kopi arabika.

Banyak petani di Brazil memilih untuk menahan penjualan karena kondisi pasar yang menguntungkan, terutama dengan menguatnya mata uang real Brazil dan keuntungan yang lebih tinggi dalam mata uang lokal.

Saat ini, petani telah menjual sekitar 85 persen dari hasil panen mereka, yang menyebabkan kekhawatiran mengenai tersedianya stok kopi di pasar global.

Di sisi lain, permintaan dari perusahaan pemanggang kopi yang membutuhkan pasokan berkualitas tetap tinggi, sehingga menambah tekanan pada harga yang sudah melambung.

Faktor Cuaca dan Strategi Petani Brazil dalam Menghadapi Tantangan Kopi Arabika

Kondisi cuaca yang ekstrem, seperti kering dan panas yang terjadi di wilayah penghasil kopi di Brazil, turut mempengaruhi produktivitas tanaman kopi.

Cuaca yang tidak menentu menyebabkan penurunan hasil panen dan membuat stok kopi semakin terbatas.

Petani, dalam menghadapi kondisi ini, cenderung menahan penjualan untuk menunggu harga yang lebih menguntungkan, meskipun hal ini menambah ketidakpastian bagi trader dan pembeli besar.

Strategi tersebut, meskipun menguntungkan dalam jangka pendek, berpotensi mengganggu keseimbangan antara penawaran dan permintaan di pasar global.

Ikuti dan Update Berita dari PenaKu.ID di Google News

**

Exit mobile version