PenaKu.ID – Jembatan gantung yang kerap disebut Jembatan Merah, penghubung antara Desa Pagermaneuh, Desa Karangtengah, dan Desa Rawagede di Kecamatan Tanggeung, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, putus setelah diterjang banjir pada Selasa (11/11/2025) sekitar pukul 16.30 WIB.
Putusnya jembatan gantung tersebut membuat akses lalu lintas warga di tiga desa terputus total. Aktivitas warga lumpuh, termasuk para pelajar SD, SMP/MTs, hingga SMA/SMK yang setiap hari melintasi jembatan itu untuk berangkat ke sekolah.
Kepala Desa Pagermaneuh, Dodi Agusti Romdon, menjelaskan bahwa hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur wilayah Kecamatan Tanggeung sejak pukul 13.00 WIB menjadi penyebab utama banjir bandang di Sungai Cibuni. Derasnya arus sungai tersebut menghantam jembatan hingga akhirnya ambruk.
“Hujan deras mengguyur sejak siang hingga sore hari. Akibatnya, air Sungai Cibuni meluap dan menghanyutkan jembatan penghubung. Anak-anak sekolah pun tidak bisa beraktivitas seperti biasa,” ujar Dodi.
Jembatan Gantung Pernah Terputus Tahun 2022
Menurutnya, jembatan yang melintasi Sungai Cibuni itu memiliki panjang sekitar 50 meter dengan lebar 1,2 meter. Ironisnya, kejadian serupa pernah terjadi pada tahun 2022, dan kini jembatan tersebut kembali putus diterjang banjir.
“Sekarang kondisinya lebih parah. Akses anak sekolah, jalur ekonomi, dan mobilitas warga benar-benar terhenti. Warga Desa Karangtengah dan Rawagede banyak yang bersekolah di wilayah Desa Pagermaneuh,” tambah Dodi.
Sementara itu, anggota RAPI Kecamatan Tanggeung, Riki Gunawan, mengungkapkan bahwa bencana serupa terjadi di beberapa kecamatan lain di wilayah selatan Kabupaten Cianjur.
“Berdasarkan laporan anggota RAPI di lapangan, banjir dan longsor terjadi hampir di seluruh wilayah selatan Cianjur. Di Desa Pagermaneuh jembatan putus, di Kecamatan Cidaun bendungan irigasi jebol, beberapa rumah hanyut, dan puluhan lainnya terendam,” kata Riki.
Ia menuturkan, skala bencana berbeda di setiap wilayah. Ada yang terdampak ringan, namun tidak sedikit pula yang mengalami kerusakan cukup parah.
“Dari pantauan kami, bencana kali ini cukup meluas, meski tingkat keparahannya bervariasi di tiap kecamatan,” pungkasnya.**
