Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jawa Barat (Jabar) mengatur operasional hotel sesuai level kewaspadaan di lokasi masing-masing untuk mendongkrak tingkat keterisian atau okupansi hotel selama masa Adaptasi Kebiasaan Baru.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil yang juga Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar mengatakan, pengaturan waktu operasional hotel kerap diterapkan di wilayah Bodebek dan Bandung Raya. Dua wilayah itu memiliki tingkat hunian cukup besar, tapi penambahan kasus positif COVID-19 masih fluktuatif.
“Kami mengatur (operasional hotel) khususnya di wilayah Bodebek dan Bandung Raya,” kata Kang Emil –sapaan Ridwan Kamil– saat mengikuti Rakor dengan Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, serta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif via video conference di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jumat (18/9/20).
Kang Emil menyatakan, pihaknya menargetkan okupansi hotel di Jabar mencapai 50 persen pada Desember 2020. Menurut ia, okupansi hotel menurun tajam saat pandemi COVID-19. Namun, saat memasuki masa AKB, okupansi hotel perlahan meningkat.
“Semoga dari okupansi hotel 35 persen mudah-mudahan akhir tahun naik mendekati 50 persen atau lebih,” ucapnya.
Untuk memulihkan sektor pariwisata yang terpukul pandemi COVID-19, kata Kang Emil, pihaknya intens mempromosikan pariwisata tipe aman. Salah satunya menawarkan perjalanan menggunakan sepeda maupun sepeda motor untuk menikmati pemandangan alam Jabar yang indah dan memesona.
“Saya juga mempromosikan (pariwisata Jabar), termasuk kuliner odading yang akhirnya viral dengan cara-cara yang lebih digital,” katanya.
Selain itu, Pemda Provinsi Jabar terus memperketat pengawasan penerapan protokol kesehatan di destinasi wisata yang menjadi primadona, seperti Pantai Pangandaran dan Puncak.
“Salah satu kekhawatiran kami seperti Pangandaran, Puncak susah ditahan. Tapi, kami terus memperkuat penerapan protokol kesehatan,” katanya.
Kang Emil optimistis pariwisata Jabar akan cepat pulih karena 90 persen wisatawan yang berkunjung merupakan wisatawan domestik. Dengan begitu, pemulihan sektor pariwisata Jabar tidak bergantung pada wisatawan mancanegara.
“Tahun lalu total wisatawan yang datang ke Jabar 62 juta orang. Di mana 90 persennya adalah wisatawan domestik. Tapi, recovery (saat pandemi) akan paling cepat karena kami tidak tergantung oleh global travel,” ucapnya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Republik Indonesia (RI) Wishnutama Kusubandio menyatakan, salah satu cara untuk mendongkrak okupansi hotel di tengah pandemi adalah menciptakan rasa aman kepada wisatawan.
“Kondisi sekarang di sektor pariwisata, adanya rasa ketakutan masyarakat untuk traveling termasuk menginap di hotel. Rasa aman sangat diperlukan untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata,” katanya.
Kemenparekraf menganggarkan sekitar Rp3,3 triliun untuk meningkatkan protokol kesehatan di destinasi wisata. Selain itu, Kemenparekraf menerbitkan sertifikasi CHSE (cleanliness, health, safety, environment) secara gratis kepada pelaku pariwisata.
“Sertifikasi CHSE dapat diperoleh secara gratis oleh pelaku usaha wisata kemudian dikasih stiker telah disertifikasi sehingga lebih menciptakan rasa aman saat berkunjung,” ucap Wishnutama.
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi RI Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, protokol kesehatan harus diterapkan secara ketat di destinasi-destinasi wisata sebelum vaksin COVID-19 ada. Hal itu mesti dilakukan untuk menghidupkan kembali sektor pariwisata yang sempat terhenti pandemi.
“Kedisiplinan harus sangat diperhatikan. Jangan menganggap ini (COVID-19) tidak berbahaya,” katanya.
(JS/HMS)