Ekonomi

IHSG Melemah Setelah Lima Hari Rebound

×

IHSG Melemah Setelah Lima Hari Rebound

Sebarkan artikel ini
IHSG Melemah Setelah Lima Hari Rebound
IHSG Melemah Setelah Lima Hari Rebound/(ilustrasi/@pixabay)

PenaKu.ID – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,65% atau 46,49 poin ke level 7.094,60 pada Selasa (20 Mei 2025).

Pelemahan ini menghentikan tren penguatan lima hari berturut-turut yang sempat mendorong IHSG ke zona optimisme.

Promo
Body Rafting

Paket Body Rafting Pangandaran

Serunya petualangan body rafting dengan harga mulai Rp 70.000. Mau!

pangandaranholidays.com

Pesan Sekarang

Dari 807 emiten yang diperdagangkan, tercatat 247 saham naik, 388 saham turun, dan 172 saham stagnan, dengan nilai transaksi mencapai Rp16,16 triliun.

Penjualan Bersih Investor Asing IHSG

Investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (net foreign sell) sebesar Rp405,31 miliar, terdiri atas Rp392,08 miliar di pasar reguler dan Rp13,23 miliar di pasar negosiasi dan tunai.

Aksi ambil untung pada saham-saham blue chip menjadi faktor utama tekanan jual, terutama setelah reli panjang pekan lalu.

Meskipun demikian, segelintir emiten masih mencatat net foreign buy, yang menjadi indikator adanya minat selektif di tengah volatilitas pasar.

IHSG Pilihan Asing dan Prospek Pemulihan

Mengutip data Stockbit, beberapa saham yang masih mencatat net foreign buy antara lain BBRI, TLKM, dan BBCA.

Investor menilai valuasi sektor perbankan dan telekomunikasi masih menarik menjelang rilis laporan keuangan kuartal II-2025.

Di sisi lain, sektor minyak & gas serta properti menjadi sorotan seiring rencana investasi pemerintah dalam infrastruktur dan energi terbarukan.

Pelemahan IHSG kemarin juga dipengaruhi faktor eksternal, seperti proyeksi kenaikan suku bunga global dan ketidakpastian geopolitik.

Meski demikian, analis memperkirakan IHSG berpeluang rebound pada hari-hari mendatang jika data makro domestik—seperti inflasi dan defisit transaksi berjalan—berjalan sesuai ekspektasi.

Bagi investor ritel, strategi menahan portofolio pada saham defensif sambil memonitor momentum teknikal dinilai paling tepat.

Sedangkan investor institusional kemungkinan akan memanfaatkan koreksi untuk akumulasi saham fundamental kuat dengan prospek dividen menarik.**