PenaKu.ID – Harga daging sapi di Amerika Serikat telah mencapai level yang mengkhawatirkan hingga menjadi isu politik panas. Presiden AS Donald Trump secara terbuka menyoroti masalah ini, karena kenaikan harga mengancam janjinya untuk menekan biaya kebutuhan pokok warga. Trump bahkan menggunakan media sosial untuk mendesak peternak agar menurunkan harga ternak mereka.
Langkah Trump ini memicu reaksi keras dari kalangan peternak. Mereka merasa tuntutan tersebut salah alamat. Para peternak berargumen bahwa solusi yang ditawarkan pemerintah tidak akan berdampak signifikan pada harga di tingkat konsumen, namun justru dapat mempersulit mata pencaharian mereka.
Para peternak menyalahkan konsolidasi industri di antara para pengolah daging serta tingginya biaya input produksi.
Pasokan Ternak Terendah dalam 75 Tahun Menaikan Harga Daging
Menurut para ahli, akar masalahnya jauh lebih dalam. Derrell Peel, Profesor Ekonomi Pertanian di Oklahoma State University, memperkirakan harga akan tetap tinggi setidaknya hingga akhir dekade. Penyebab utamanya adalah krisis pasokan.
Jumlah peternak sapi potong di AS terus menurun drastis sejak 1980. Saat ini, persediaan ternak sapi di negara itu anjlok ke level terendah dalam hampir 75 tahun.
Dampak Kekeringan dan Biaya Produksi Berepek ke Harga Daging
Sejak 2017, AS telah kehilangan lebih dari 150.000 peternakan sapi. Kontraksi industri ini diperparah oleh kekeringan parah yang memaksa peternak memangkas jumlah ternak mereka. Ditambah lagi, biaya utama seperti pupuk dan peralatan terus melonjak.
Data Biro Statistik Tenaga Kerja AS per September 2025 menunjukkan harga daging cincang naik 12,9% dan daging steak melonjak 16,6% dibanding tahun lalu, jauh melampaui inflasi pangan umum.**
