PenaPeristiwa

BMKG: Ada Potensi Gempa Susulan di Majene dan Mamuju

20210115 172108
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, (BMKG) Dwikorita Karnawati saat menggelar konferensi pers, jumat (15/1)

PenaKu.ID – Gempa berkekuatan sekitar Magnitudo 6,2 mengguncang wilayah Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) pada Jum’at (15/1) dini hari tadi.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan warga sekitar agar tetap waspada akan adanya kemungkinan gempa susulan yang lebih besar.

Dikatakan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, (BMKG) Dwikorita Karnawati bisa saja gempa susulan masih akan terjadi, mengingat gempa dengan kekuatan yang sama pernah terjadi pada beberapa puluh tahun silam di wilayah ini. Menurut data, gempa tersebut pernah terjadi pada tahun 1967 dan tahun 1969 serta pada tahun 1984.

Ia juga mengatakan, gempa yang terjadi dini hari tadi termasuk gempa utama, yang satu hari sebelumnya terjadi sebanyak 28 kali gempa susulan pada Kamis (14/1) kemarin.

Gempa yang terjadi dini hari tadi, juga mengakibatkan korban berjatuhan. Hingga kini proses evakuasi masih dilakukan petugas.

Mengutip siberindo, sampai sekitar pukul 11.10 WIB, Jumat (15/01), menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), setidaknya delapan orang meninggal dunia dan sekitar 637 orang terluka di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.

Jumlah orang yang mengungsi di wilayah terdampak telah mencapai setidaknya 15.000 jiwa.

Mereka mengungsi ke sejumlah tempat, antara lain Desa Kota Tinggi, Desa Lombong, Desa Kayu Angin, Desa Petabean, serta Desa Deking.

Lainnya, mereka mengungsi di sejumlah lokasi di Desa Mekata, Desa Kabiraan, Desa Lakkading, Desa Lembang, Desa Limbua di Kecamatan Ulumanda dan Kecamatan Malunda dan Kecamatan Sendana.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyatakan, gempa yang terjadi di sekitar wilayah Majene termasuk gempa dangkal dengan pusat kedalaman 10 kilometer dari permukaan.

“Masih ada potensi gempa susulan berikutnya yang masih kuat. Bisa mencapai kekuatan (magnitudo) seperti terjadi sebelumnya, 6,2 SR, atau sedikit lebih tinggi,” kata Dwikorita pada konferensi pers Jumat (15/01).

Itu terjadi karena kondisi batuan sudah digoncang dua kali, magnitude terkuat 5,9 dan 6,2, bahkan 28 kali, sudah rapuh.

“Pusat gempa ada di pantai memungkinkan terjadinya longsor bawah laut. Jadi, masih atau dapat pula berpotensi tsunami jika ada gempa susulan berikutnya dengan pusat gempa masih di pantai atau di pinggir laut,” katanya.

Dwikorita meminta warga tak hanya menghindari gedung-gedung, tapi juga area pantai, segera menyingkir dari area itu jika merasa gempa.

“Tidak perlu menunggu peringatan dini tsunami karena tsunami bisa sangat cepat,” ujar Dwikorita.

Pihak BMKG menganalisis gempa itu dikarenakan sesar naik Mamuju (Mamuju thrust) dan merupakan pengulangan dari dua gempa besar sebelumnya, yakni di tahun 1969 (magnitudo 6,9 SR) dan 1984 (magnitudo 6,7 SR).

Selain korban meninggal dunia akibat gempa itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mamuju melaporkan 24 orang mengalami luka-luka, lebih dari 2.000 warga mengungsi.

Kantor berita Antara melaporkan, bangunan Kantor Gubernur Sulbar berlantai empat nyaris rata dengan tanah.

Gedung Rumah Sakit Mitra Manakarra Mamuju juga roboh. Pasien yang selamat langsung dievakuasi ke lokasi yang dianggap aman.

Mall Mamuju dan bangunan pusat perbelanjaan lainnya juga terlihat rusak di sejumlah bagian.


**Red

Exit mobile version