PenaKu.ID – Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin optimistis Jabar bisa menjadi teladan Pilkada Serentak 2024 yang aman, damai, dan berintegritas.
“Saya yakin kita dapat menyelenggarakan pilkada yang tidak hanya aman tapi juga bermartabat, dan membawa manfaat bagi seluruh masyarakat,” ujar Bey Machmudin, saat Doa Bersama Pilkada Jabar Damai 2024, di Gedung Satlantas Polda Jabar, Rabu (20/11/2024).
“Mari kita jadikan momen ini sebagai bukti Jabar mampu menjadi teladan dalam berdemokrasi,” tambahnya.
Menurut Bey Machmudin, Pilkada Serentak menjadi tonggak politik yang penting untuk menentukan arah kemajuan dan kesejahteraan warga Jabar.
Sebagaimana sebuah pesta demokrasi, Pilkada harus menjadi ajang masyarakat untuk mengekspresikan aspirasi politik secara damai, adil, dan bermartabat.
Bey Machmudin Tegaskan ASN Netral !
Namun Bey Machmudin mengingatkan seluruh aparatur negara baik ASN, TNI/Polri harus bersikap netral.
“Kepada seluruh ASN, TNI/ Polri, tanggung jawab kita semua bukan untuk berpihak melainkan untuk memastikan bahwa proses Pilkada berjalan sesuai prinsip keadilan, transparansi dan aturan hukum,” kata Bey.
“Setiap bentuk keberpihakan sekecil apapun dapat merusak kepercayaan masyarakat,” tambahnya.
Pilkada damai, kata Bey, hanya bisa terwujud jika situasi tetap kondusif. Sehingga semua pihak harus menguasai, mewaspadai potensi gangguan baik terkait penyebaran hoaks, penyebaran ujaran kebencian, maupun provokasi yang memecah-belah masyarakat.
Untuk itu Bey mengajak seluruh pihak, mulai dari para tokoh masyarakat, pemuka agama, pemuda hingga aparat keamanan untuk bersama-sama memperkuat koordinasi demi menjaga suasana aman dan damai.
Doa bersama menjelang Pilkada Serentak digelar cukup khidmat. Di tempat yang sama, ulama Hasan Nuri Hidayatullah atau Gus Hasan mengutarakan konsep persaudaraan dalam agama Islam yang disebut ukhuwah. Spirit persaudaraan menjadi perekat hubungan antar-sesama.
“Pertama, persaudaraan yang namanya ukhuwah islamiyah atau persaudaraan antara sesama muslim,” kata Gus Hasan.
Namun, kata dia, jika dalam beragama ada perbedaan keyakinan, maka manusia tentu bisa direkatkan lewat ukhuwah insaniyah, yakni persaudaraan antar sesama manusia.
Apalagi sebagai saudara sebangsa dan setanah air, tentu manusia satu dan yang lainnya dapat merekat dengan ukhuwah wathanuiyah, atau persatuan persaudaraan dalam ikatan kebangsaan.
“Keberagaman adalah hal biasa, di antaranya terdapat hikmah, sebagai tanda kekuasaan Allah SWT,” kata Gus Hasan.
**