Peristiwa

Bayi 8 Bulan Ditelantarkan Ayah, Hidup Bertahan dengan Gizi Buruk

Bayi 8 Bulan Ditelantarkan Ayah, Hidup Bertahan dengan Gizi Buruk
Bayi 8 Bulan Ditelantarkan Ayah, Hidup Bertahan dengan Gizi Buruk

PenaKu.ID – Di sebuah sudut Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, seorang bayi delapan bulan menjalani hidup yang jauh dari kata mudah. Gizi buruk menghambat pertumbuhannya, sementara bibir sumbing membuat bayi 8 bulan itu menanggung sunyi sejak hari pertama ia mengenal dunia. Masa yang seharusnya penuh warna justru berubah menjadi rangkaian perjuangan panjang bagi bayi 8 bulan tersebut.

Lebih pilu lagi, saat usianya baru dua bulan, sang ayah memilih pergi tanpa kabar. Tidak ada jejak, tidak ada pesan—menghilang begitu saja, meninggalkan bayi itu dalam pelukan ibu dan neneknya.

Kini, sang anak dirawat oleh dua perempuan tangguh yang hidup tanpa kepastian penghasilan. Untuk bertahan, mereka berkeliling menjual jajanan sederhana, meski hasilnya hanya cukup untuk makan sehari-hari.

Kondisi tersebut terungkap setelah ada laporan masyarakat dan patroli gabungan kepolisian serta TNI. Menindaklanjuti laporan itu, Polsek Pameungpeuk bersama Forkopimca mendatangi rumah keluarga balita tersebut.

“Awalnya kami mendapat laporan masyarakat terkait balita yang mengalami bibir sumbing dan stunting. Saya kemudian menghubungi Pak Danramil. Setelah dicek Bhabinkamtibmas dan Babinsa, ternyata benar adanya,” ujar Kapolsek Pameungpeuk, AKP Asep Dedi, di lokasi, Selasa (26/11/2025).

Nenek Bayi 8 Bulan Hujan Air Mata

Saat rombongan tiba, sang nenek tak kuasa menahan tangis. Hidup sendiri setelah suaminya meninggal, ia selama ini membantu merawat sang cucu dengan segala keterbatasan. Air mata itu pecah ketika Kapolsek bersama Forkopimca memberikan bantuan modal untuk usaha ibu sang bayi 8 bulan tersebut.

“Kami sudah memberikan bantuan kepada ibunya. Hari ini juga, bersama Pak Danramil dan Pak Camat, kami sepakat minggu ini akan menyerahkan tambahan modal usaha untuk si teteh karena ia berjualan,” kata Asep.

Sang ibu mengatakan, tanda-tanda kurang gizi mulai terlihat ketika anaknya berusia dua bulan. Berat dan perkembangan tubuhnya tidak sesuai. Hanya berselang sebulan kemudian, ia ditinggalkan oleh suaminya.

“Saya ditinggal suami waktu bayi saya berusia tiga bulan karena kondisi bibir sumbingnya. Setelah pergi, dia lepas tanggung jawab, tidak memberi nafkah dan tidak membantu membeli susu. Sekarang kondisi anak saya kecil dan berat badannya kurang,” tutur Refani, ibu sang bayi.

Pihak kepolisian dan pemerintah setempat juga membantu proses pengurusan BPJS, agar sang bayi bisa mendapatkan perawatan rutin di rumah sakit atau fasilitas kesehatan tanpa biaya.**

Exit mobile version