PenaKu.ID – Pemerintah Jepang mengeluarkan peringatan tsunami dan memerintahkan evakuasi massal pada Selasa (30/7/25) setelah gempa bumi berkekuatan magnitudo 8,8 mengguncang lepas pantai Kamchatka, Rusia.
Meski gelombang tsunami yang tiba di wilayah Jepang terpantau relatif kecil, insiden ini memicu kepanikan luas serta membangkitkan kembali trauma masyarakat akan tragedi tsunami Tōhoku pada 2011.
Gempa Dahsyat Guncang Pasifik
Badan Meteorologi Jepang (Japan Meteorological Agency/JMA) melaporkan bahwa gempa terjadi pukul 10.43 waktu setempat. Episentrum terletak sekitar 120 kilometer dari pesisir timur Kamchatka, Rusia, dengan kedalaman 19 kilometer.
Guncangan kuat tersebut memicu peringatan tsunami di wilayah pesisir timur Jepang, mencakup Prefektur Hokkaido, Aomori, dan Iwate.
Evakuasi Massal, Fasilitas Nuklir Diamankan
Lebih dari dua juta warga di 130 kota dan prefektur diperintahkan untuk segera mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Pemerintah daerah mengaktifkan sistem pengeras suara darurat, membuka tempat penampungan, serta menutup akses ke pelabuhan dan kawasan pantai.
Fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima, yang sempat mengalami krisis pascagempa dan tsunami 2011, dikosongkan sebagai langkah pencegahan. Sekitar 4.000 pekerja dievakuasi. Badan Energi Atom Jepang memastikan tidak ada kerusakan atau kebocoran radiasi yang terdeteksi.
Gelombang Tsunami Tiba, Aktivitas Pelabuhan Terganggu
Gelombang tsunami pertama mencapai wilayah Jepang sekitar satu jam setelah gempa. Ketinggian maksimum tercatat antara 30 hingga 60 sentimeter di sejumlah lokasi, termasuk di Prefektur Iwate dan Hokkaido.
Meski skalanya tergolong kecil, gelombang tersebut sempat mengganggu aktivitas pelabuhan, layanan feri, dan jadwal penerbangan domestik. Hingga laporan terakhir, tidak ada korban jiwa maupun kerusakan besar yang dilaporkan.
Sejumlah pabrik besar seperti Nissan dan Toyota menghentikan operasional sementara demi menjaga keselamatan pekerja.
Pakar: Situasi Bisa Lebih Parah Jika Lebih Dekat
Meski tergolong gempa besar, dampak yang ditimbulkan tidak seburuk tragedi tsunami Tōhoku 2011, yang menewaskan lebih dari 15.000 jiwa. Hal ini dinilai sebagai bukti keberhasilan sistem peringatan dini yang telah diperbarui oleh pemerintah Jepang dalam dekade terakhir.
“Karakteristik lokasi dan kedalaman gempa kali ini menjadi faktor penting yang meredam kekuatan gelombang saat mencapai pantai Jepang,” ujar Prof. Hiroshi Nakamura, pakar seismologi dari Universitas Tokyo, dikutip NHK. “Jika episentrum lebih dekat ke Jepang, situasinya bisa jauh lebih berbahaya.”
Waspadai Gempa Susulan
JMA telah mencabut sebagian besar peringatan tsunami pada Rabu pagi (31/7/25), namun masyarakat diimbau tetap waspada terhadap kemungkinan gempa susulan dalam beberapa hari ke depan.
Pemerintah pusat dan daerah kini fokus pada pemantauan lanjutan serta pendistribusian bantuan logistik ke wilayah pengungsian. Badan Meteorologi Dunia (WMO) dan Pusat Peringatan Tsunami Pasifik (PTWC) juga menyatakan bahwa negara-negara Pasifik seperti Hawaii, Filipina, dan sebagian wilayah barat Amerika Serikat sempat mengaktifkan protokol siaga, namun kini situasi dinyatakan aman.
Peristiwa ini kembali menjadi pengingat akan ancaman nyata dari gempa bumi dan tsunami di wilayah Cincin Api Pasifik, serta pentingnya kesiapsiagaan yang terus-menerus.**