PenaKu.ID – Sedikitnya empat rumah milik warga Kampung Muhara, RT 03/RW 12, Desa Cihea, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mengalami retak-retak akibat tanah bergerak atau pergerakan tanah pada Minggu (2/11/2025).
Diduga, tanah bergerak itu dipicu oleh aktivitas penambangan pasir di Sungai Citarum, curah hujan tinggi, serta getaran dari kendaraan besar bermuatan berat yang melintas di sekitar lokasi. Dari empat rumah terdampak tanah bergerak, dua di antaranya rusak parah sehingga dua kepala keluarga (KK) terpaksa mengungsi ke rumah kerabat yang dianggap lebih aman.
Ketua RT 03 Kampung Muhara, Imas (48), mengatakan gejala pergerakan tanah sebenarnya telah terlihat sejak beberapa bulan lalu. Namun, kondisi semakin parah setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut pada Minggu malam.
“Tanda-tanda pergerakan tanah sudah lama terlihat. Tapi pada Minggu kemarin, pergeserannya cukup besar hingga retakan tanah dan tembok rumah terlihat menganga,” ujar Imas.
Ia menambahkan, aktivitas penambangan pasir di Sungai Citarum serta lalu-lalang truk bermuatan berat diduga menjadi faktor utama yang memperparah kondisi tanah di wilayahnya.
“Ada empat bangunan termasuk satu warung yang dinding dan lantainya retak. Dua keluarga sudah mengungsi sementara ke rumah saudaranya yang tidak jauh dari lokasi,” jelasnya.
Dampak Tanah Bergerak yang Alami Kerusakan Parah
Sementara itu, Kepala Desa Cihea, Supriatna (67), membenarkan terjadinya pergerakan tanah di wilayah tersebut. Ia menyebut, berdasarkan pantauan aparat desa, terdapat tiga rumah dan satu warung yang mengalami kerusakan cukup serius.
“Dua kepala keluarga sudah dievakuasi, meski hanya pada malam hari. Siangnya mereka masih kembali ke rumah untuk beraktivitas karena takut rumahnya ambruk jika hujan turun deras pada malam hari,” kata Supriatna.
Menurutnya, fenomena pergerakan tanah di Kampung Muhara bukan kali ini saja terjadi. Setiap musim hujan, wilayah tersebut kerap mengalami pergeseran tanah serupa.
“Kejadian seperti ini hampir terjadi setiap tahun, terutama saat musim hujan. Kami sudah berkali-kali menyarankan warga untuk pindah ke lokasi yang lebih aman, tapi banyak yang bertahan karena keterbatasan biaya,” pungkasnya.**
