PenaKu.ID – Bagi kapal yang melintas dekat Selat Hormuz, sinyal kebangsaan telah berubah menjadi alat mitigasi risiko.
Dari 12–24 Juni 2025, firma Windward mencatat 101 pesan tidak lazim dikirim oleh 55 kapal.
Hal ini guna menghindari serangan di tengah keraguan gencatan senjata Israel-Iran.
Pergeseran Sinyal di Selat Hormuz
Biasanya kapal menyiarkan tujuan atau “Untuk Perintah.” Kini, pesan seperti “milik China” atau “minyak mentah Rusia” dipilih karena negara-negara tersebut dinilai kecil kemungkinannya diserang.
Contohnya, supertanker Yuan Yang Hu mengubah sinyal menjadi “CN NBG” setelah melewati selat, merujuk Pelabuhan Ningbo-Zhoushan.
Lonjakan Lalu Lintas di Selat Hormuz
Menurut JMIC, lalu lintas komersial melonjak 30% pada 24 Juni setelah pengumuman gencatan senjata. Namun, risiko tetap tinggi karena gangguan elektronik memengaruhi GNSS, berpotensi menyebabkan kapal keluar jalur dan meningkatkan risiko tabrakan.
Houthi di Laut Merah sebelumnya memicu serangkaian serangan, sehingga perubahan sinyal sempat hanya terlihat di sana.
Strategi sinyal ini memperlihatkan adaptasi pelayaran terhadap ketidakpastian geopolitik. Dengan sekitar 20% konsumsi minyak dunia melewati Selat Hormuz, keamanan jalur ini menjadi krusial.
Pemilik kapal dan perusahaan asuransi kini menerapkan protokol ekstra, termasuk patroli bersenjata dan pemantauan real-time.
Meski gencatan senjata diumumkan, sinyal tidak lazim kemungkinan akan terus muncul selama ancaman masih membayang.
Taktik ini mencerminkan betapa dinamisnya mitigasi risiko di perairan internasional.**