PenaKu.ID – Nilai tukar rupiah (IDR) harus kembali mengakui keunggulan dolar AS dan ditutup melemah pada perdagangan Selasa (11/11/2025). Mata uang Garuda terkoreksi 0,21% dan mengakhiri hari di level Rp16.680 per dolar AS.
Berdasarkan data Refinitiv, tekanan terhadap IDR sudah terasa sejak awal sesi. Rupiah dibuka melemah di posisi Rp16.690 per dolar AS dan bahkan sempat menyentuh level psikologis Rp16.700 sepanjang perdagangan. Pelemahan ini sejalan dengan penguatan mata uang Paman Sam secara global. Indeks dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama lainnya, terpantau naik 0,08% ke posisi 99,665 pada pukul 15.00 WIB.
Penguatan Indeks Dolar AS ke Rupiah
Faktor eksternal, terutama penguatan DXY, menjadi pendorong utama pelemahan rupiah hari ini. Dolar AS mendapatkan sentimen positif setelah kekhawatiran pasar terkait penutupan pemerintahan (government shutdown) di Amerika Serikat mulai mereda.
Pelaku pasar merespons baik kemajuan politik di Washington. Senat AS dilaporkan telah menyetujui rancangan kompromi anggaran untuk memulihkan pendanaan pemerintahan federal. Rancangan ini diharapkan segera lolos di Dewan Perwakilan (DPR) AS dan disahkan oleh Presiden Donald Trump, sehingga mendorong penguatan dolar.
Prospek Rupiah Suku Bunga The Fed
Meskipun demikian, pelemahan IDR yang lebih dalam berhasil tertahan oleh faktor lain. Pasar masih memegang ekspektasi kuat bahwa bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), akan segera memangkas suku bunganya.
Data dari CME FedWatch menunjukkan adanya peluang sekitar 61% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga acuannya pada pertemuan di bulan Desember mendatang. Prospek suku bunga yang lebih rendah ini berpotensi menekan imbal hasil dolar AS ke depan, yang dapat memberikan ruang bagi penguatan kembali mata uang emerging market seperti rupiah.**
