Tutup
PenaRagam

Nenek Nasih Hidup Sebatang Kara Diami Gubuk Nyaris Ambruk

×

Nenek Nasih Hidup Sebatang Kara Diami Gubuk Nyaris Ambruk

Sebarkan artikel ini
Nenek Nasih Hidup Sebatang Kara Diami Gubuk Nyaris Ambruk
Nenek Nasih diami gubuk reyot nyaris ambyar

PenaKu.IDNenek Nasih (70) Warga Kampung Sukarilah RT 02 /03, Waringinsari, Kecamatan Takokak, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat hidup sebatang kara mendiami Gubuk reyot nyaris ambruk dengan  ukuran 4×4 meter.

Tidak hanya itu, bantuan Sosial dari pemerintah dan jaminan kesehatan apa pun tak pernah mendapatkannya. Sedangakan untuk makan sehari-hari Nenek Nasih hanya mengandalkan belas kasihan orang lain.

Nenek Nasih hidup sendirian sudah cukup lama kurang lebih sekitar 5 tahun, karena suami tercintanya telah meninggal dunia 5 tahun yang lalu dan anaknya meninggal duni 10 tahun yang lalu.

Ketika ditanya mengenai katru Jamkesmas atau kartu kesehatan lainnya ia tak mengetahuinya sama sekali dan mengenai bantuan dana sosial dari pemerintah ia pun tak mendapatkannya.

“Kecuali satu tahun ke belakang nenek pernah mendapat bantuan sosial berupa bantuan pemerintah non tunai (BPNT) namun sekarang tidak lagi mendapatkannya,” ungkapnya.

Nenenk Nasih Andalkan Belas Kasihan

Nenek Nasih tiap hari ia bekerja serabutan, itu pun kalau ada yang nyuruh bekerja namun kebanyakannya hanya mengandalkan belas kasihan orang lain dari tetangga.

“Kalau ada yang nyuruh kerja di kebun dengan sisa tenaga yang sudah lemah ini baru dapat upah, kalau tidak ada yang nyuruh paling banyak tetangga yang ngasih makan,” lirihnya.

Sementara itu, salah seorang pemuda  Kecamatan Takokak, ketika ditanya awak media, Rabu (30/6/2021) Muhamad Iltas (25) menambahkan, memang benar adanya bahwa Neneh Nasih hidup sebatang kara dan menghuni rumah reyot ukuran 4x4meter.

“Tidak memiliki E_KTP melainkan Siak KTP alias KTP manual Jadul, jadi link akses datanya tidak tercatat di server secara nasional. hingga satu tahun yang lalu BPNT nya tidak mendapat kan lagi, bantuan BPNT-nya didelet,” kata Iltas.

Dari saat BPNT-nya distop, lanjut Iltas, pihaknya langsung melaporkannya pada Ketua RT/RW, kepala desa dan ke pihak kecamatan. Namun hingga kini E_KTP-nya belum pula keluar.

“Dengan itu, seraya ia memohon bantuan pada pihak pemerintah, Pak Camat, DPRD dan pada Pemkab Cianjur mohon bantuannya supaya Nenek Nasih hidupnya layak seprti orang lain,” pungkasnya.

(a_sam)