Kesehatan

Lari dari Kenyataan: Apakah Eskapisme Sehat untuk Mental?

Lari dari Kenyataan: Apakah Eskapisme Sehat untuk Mental?
Lari dari Kenyataan: Apakah Eskapisme Sehat untuk Mental?/(pixabay)

PenaKu.ID – Kehidupan sering kali penuh dengan tekanan, tenggat waktu, dan masalah yang menguras energi. Wajar jika sesekali kita ingin “melarikan diri atau lari dari kenyataan” semua itu. Aktivitas seperti menonton film, bermain game, atau membaca buku sering menjadi pilihan untuk sejenak melupakan realita. Fenomena ini dikenal sebagai eskapisme. Dalam dosis yang tepat, eskapisme bisa menjadi cara yang efektif untuk mengisi ulang energi dan meredakan stres.

Namun, seperti pedang bermata dua, eskapisme yang berlebihan dapat berubah menjadi pelarian yang tidak sehat. Ketika aktivitas tersebut tidak lagi berfungsi sebagai jeda sejenak, melainkan menjadi cara utama untuk menghindari tanggung jawab dan menghadapi masalah, maka dampaknya bisa merusak kesehatan mental.

Pertanyaannya, di mana batas antara eskapisme yang sehat dan yang berbahaya?

Eskapisme sebagai ‘Napas’ Sementara Lari dari Kenyataan

Eskapisme yang sehat berfungsi sebagai katup pengaman. Ini adalah cara kita memberikan ruang bagi otak untuk beristirahat dari kecemasan dan tekanan konstan. Setelah seharian bekerja keras, menikmati satu atau dua episode serial favorit dapat membantu kita rileks dan kembali segar keesokan harinya.

Dalam konteks ini, eskapisme adalah bentuk perawatan diri (self-care) yang penting. Ia membantu kita menjaga keseimbangan antara tuntutan hidup dan kebutuhan untuk beristirahat. Kuncinya adalah kita tetap memegang kendali dan sadar bahwa itu hanyalah jeda, bukan solusi.

Saat Lari dari Kenyataan Menjadi Masalah

Bahaya muncul ketika eskapisme menjadi adiktif dan digunakan untuk menghindari masalah secara permanen. Seseorang mungkin menghabiskan waktu berjam-jam bermain game untuk lari dari konflik hubungan atau masalah keuangan.

Perilaku ini hanya menunda penyelesaian masalah, yang pada akhirnya akan menumpuk dan menjadi lebih besar. Tanda bahayanya adalah ketika aktivitas pelarian mulai mengganggu fungsi sehari-hari, seperti pekerjaan, studi, atau hubungan sosial. Jika ini terjadi, eskapisme telah berubah dari sekadar “napas” menjadi mekanisme penolakan yang merusak kesehatan mental.**

Exit mobile version