PenaKu.ID – Ketua Umum LBP2 ( Lembaga Bantuan Pemantau Pendidikan ), Asep B Kurnia atau yang lebih akrab disapa Aa Maung, juga Tokoh Muda dan Pemerhati Pendidikan serta Budayawan Jawa Barat, memberikan pandangannya kaitan dengan lonjakan COVID-19 akhir-akhir ini di beberapa wilayah yang diakuinya sangat ini memerlukan kewaspadaan yang tinggi.
Sementara wacana untuk Pertemuan Tatap Muka (PTM) di sekolah yang mengundang pro dan kontra saat ini, secara pribadi Aa Maung mendukungnya terutama terkait dengan wacana PTM ( Pertemuan Tatap Muka) di sekolah yang sejujurnya sudah kembali mengundang pro dan kontra.
“Secara pribadi saya tetap mendukung bahwa PTM akan tetap dilaksanakan tahun ajaran baru sekarang yang tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan dan ada peran pengawas dari Satua Gugus Tugas Penanggulangan COVID-19,” katanya melalui telepon, Rabu (16/6/2021).
Karena kesehatan, dia menambahkan, juga keselamatan merupakan hal yang utama bagi masyarakat. Dan pertanyaan mendasar yang hingga kini menjadi pertanyaan, sampai kapan masyarakat terbelenggu dari ancaman pandemi dan kapan pandemi akan berahir, hingga saat ini tidak bisa diprediksikan.
Dampak dari pendemi tersebut, diakui dia, selain berdampak pada laju perekonomian masyarakat, sosial, kesehatan, juga mempengaruhi perkembangan pendidikan yang selama 1,5 tahun ini, dipaksakan belajar daring atau online. Sehingga dikwatirkan bobot pendidikan akan semakin menurun.
Dan kualitas kurikulum baru yang disusun itu tidaklah mudah dan bisa selesai dalam waktu singkat. Sebab menurut dia, hal itu bukan merupakan solusi, sebab pada penerapannya masih terhalang jarang dan lebih mengandalkan daring yang diimplementasikan melalui Buku Lembaran Kerja Siswa (LKS).
“Jadi saya rasa PTM mau tidak mau harus tetap dilaksanakan dengan satu tujuan bahwa pendidikan adalah hal yang tidak bisa dipisahkan untuk keberlangsungan bangsa dan negara ini ke depan, tetapi itu sudah tentu dengan tetap menjalankan prokes yang sangat ketat dan sesuai standar,” ujar dia.
Kunci dari permasalahan tersebut, lanjut dia, ada dilakukan koorsinasi antara orang tua siswa dan pihak sekolah, mengenai bagaimana cara pembelajaran yang akan diterapkan, termasuk durasi waktu dan hari belajar perminggunya. Di samping itub peran pemerintah dan instansi terkait barus benar-benar bekerja maksimal.
Dia mengajak kepada semua unsur terkait untuk berfikir secara realistis. Sebab tidak mungkin pendidikan ini terus menerus belajar dirumah ( Daring ) sampai menunggu pandemi hilang. Berdasarkan pantauan di lapangan di mana beberapa sekolah yang melakukan PTM harus mengalami kegagalan karena minat belajar siswa semakin berkurang.
Ini merupakan akibat dari kelamaan belajar daring, jelas dia, selanjutnya main game, bahkan bangun tidur pun siang hari. Kenyataan ini yang semestinya bisa menjadi pemikiran semua pihak, agar tidak terjadi pembodohan terhadap generasi penerus bangsa.
Aa Maung menggambarkan untuk berkaca pada jaman dahulu saat Indonesia dijajah, masyarakat tidak boleh bersekolah dan susahnya untuk belajar mencari ilmu, dan ancamannya adalah nyawa apabila ada masyarakat yang melanggar peraturan itu.
Tetapi bila masyarakat mampu bertahan disertai tekad yang kuat, dia meyakini permasalahan itu bisa dihadapi masyarakat dengan pasti. Karena keinginan yang kuat untuk maju dan berubah merupakan salah satu cara untuk meraih keberhasilan. Tentunya dengan menjalankan dan mematuhi prokes.
“Anggap saja saat ini COVID-19 itu adalah penjajah, dan saat ini kita tengah berjuang melawan penjajah melalui kebersamaan antar semua pihak agar bisa menang dan merdeka dari ancaman pandemi COVID-19 sampai ahirnya si pandemi bisa hengkang dari bumi pertiwi,” pungkas dia.
(ALF)