PenaKu.ID – Jamaah Majelis Langgar Siti Sarah Keruwing Indah, Handil Bakti hadiri Haul ke-20 Abah Guru Sekumpul yang diperingati pada 5 Rajab 1446 Hijriah atau bertepatan dengan 5 Januari 2025.
Haul Abah Guru Sekumpul menjadi salah satu peristiwa keagamaan yang paling dinanti oleh masyarakat Muslim, terutama di Kalimantan Selatan.
Acara tahunan Haul Abah Guru Sekumpul ini akan digelar di Martapura, tempat Abah Guru Sekumpul mengabdikan hidupnya untuk syiar agama Islam.
Ribuan Jamaah di Haul Abah Guru Sekumpul
Setiap tahunnya, ribuan jemaah dari berbagai wilayah Indonesia, bahkan dari luar negeri, hadir untuk mengenang sosok ulama besar ini.
Kehadiran mereka bukan hanya untuk mengenang, tetapi juga untuk meneladani perjalanan hidup dan ajaran KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani, atau yang akrab disapa Abah Guru Sekumpul.
Abah Guru Sekumpul lahir pada 11 Februari 1942 di Desa Tunggul Irang, Martapura, Kabupaten Banjar.
Beliau merupakan putra dari pasangan Abdul Ghani bin Abdul Manaf dan Hj. Masliah binti H. Mulia. Sejak kecil, Abah Guru Sekumpul telah menunjukkan kecerdasan luar biasa, terutama dalam hal keilmuan Islam.
Pada usia tujuh tahun, Abah Guru Sekumpul telah menghafal Alquran. Tidak hanya itu, di usia sembilan tahun, beliau sudah mampu menghafal kitab Tafsir Jalalain.
Pendidikan dasar agama beliau dapatkan dari ayah, nenek, dan pamannya, KH Seman Mulia, yang kemudian membawanya untuk belajar kepada sejumlah ulama besar di Kalimantan Selatan dan Jawa.
Abah Guru Sekumpul melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Darussalam, Martapura, selama 12 tahun.
Setelah menyelesaikan pendidikan formalnya, beliau memulai dakwahnya dengan menjadi pengajar di pesantren yang sama.
Namun, panggilan dakwah yang lebih luas membuat Abah Guru Sekumpul memilih untuk membuka pengajian sendiri di kediamannya.
Pengabdian pada Syiar Islam Abah Guru Sekumpul
Abah Guru Sekumpul dikenal sebagai ulama yang selalu mengutamakan jemaah. Dalam kondisi sakit sekalipun, beliau tetap mengisi pengajian rutin di Musala Ar-Raudhah.
Kehadiran jemaah dari berbagai wilayah, baik kalangan ulama, pejabat, hingga masyarakat umum, menjadi bukti betapa besar pengaruh dakwahnya.
Pengajian yang beliau gelar tidak hanya berisi ceramah, tetapi juga pembelajaran kitab kuning, termasuk memperkenalkan kitab Maulid Simthud Durar karya Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi.
Kepindahan beliau ke Sungai Kacang pada 1980-an menjadi langkah strategis untuk menampung lebih banyak jemaah, sekaligus meneladani hijrah Nabi Muhammad SAW.
Karya-Karya Abah Guru Sekumpul
Selain berdakwah, Abah Guru Sekumpul juga meninggalkan warisan intelektual berupa kitab-kitab keislaman yang hingga kini menjadi rujukan:
Manaqib Syekh Sayyid Muhammad bin Abdul Karim al-Qadiri al-Hasani as-Samman al-Madani
Risalatun Nuraniyyah fi Syarhi Tawassulat as-Sammaniyah
Nubzah fi Manaqib al-Imam al-‘Azham al-Faqih al-Muqaddam
Ar-Risalah fi Auradil Mufidah
Al-Imdad fi Auradi Ahlil Widad
Wafatnya Ulama Besar Kalimantan Selatan
Pada 10 Agustus 2005, Abah Guru Sekumpul wafat di usia 63 tahun setelah berjuang melawan penyakit ginjal yang dideritanya. Beliau dimakamkan di kompleks keluarga dekat Musala Ar-Raudhah.
Hingga kini, makam beliau menjadi salah satu tempat ziarah yang banyak dikunjungi.
Peringatan Haul Abah Guru Sekumpul: Momen Mengingat dan Meneladani
Haul Abah Guru Sekumpul bukan hanya menjadi momen mengenang beliau, tetapi juga menjadi sarana mempererat ukhuwah Islamiyah.
Jemaah yang hadir dari berbagai latar belakang menyatu dalam suasana religius, mengingatkan pentingnya keteladanan dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.
**