Pendidikan

ITB Jadi Magnet Ilmuwan ASEAN, Bahas Teknologi & Iklim Global

ITB Jadi Magnet Ilmuwan ASEAN, Bahas Teknologi & Iklim Global
ITB Jadi Magnet Ilmuwan ASEAN, Bahas Teknologi & Iklim Global

PenaKu.ID – Institut Teknologi Bandung (ITB) menjadi tuan rumah kegiatan kolaboratif internasional bertajuk “Physics of Data Science for Sustainability” yang berlangsung pada 2–7 November 2025 di Gedung Labtek XV lantai 8, Program Studi Fisika, FMIPA ITB, Bandung, Jawa Barat.

Kegiatan ini menghadirkan sembilan dosen tamu dari Universiti Tenaga Nasional (UNITEN) Malaysia serta 25 pemakalah dari ITB dan sejumlah negara, termasuk Laos, Rusia, dan Australia. Acara ini juga menjadi bagian dari persiapan inbound student exchange yang melibatkan 33 mahasiswa asing dari UNITEN.

Kegiatan kuliah tamu dan pertukaran mahasiswa ini dipimpin oleh Dr. Acep Purqon dari Fisika ITB.
Adapun sembilan pembicara kuliah tamu dari UNITEN terdiri atas Dr. Nur’atiah Binti Zaini, Dr. Fathoni Usman, Dr. Nazirul Mubn Zahari, Dr. Mohd Hafiz Zawawi, Dr. Mohd Zakwan Ramli, Dr. Zarina Itam, Dr. Nur Liyana Mohd Kamal, Dr. Daud Mohamad, dan Dr. Salmia Beddu.

Dalam kuliah umum tersebut, para pakar membahas berbagai topik terkini, seperti penerapan Artificial Intelligence (AI) untuk prediksi kualitas udara, machine learning untuk analisis gempa bumi, desain bendungan adaptif terhadap perubahan iklim, hingga pemanfaatan limbah sebagai bahan bangunan. Diskusi juga mencakup pengembangan material maju dan penerapan teknologi dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs).

Selain itu, kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian student exchange dan guest lecture ITB yang akan berlanjut pada 1–5 Desember 2025. Total peserta mencapai 60 orang tamu dari Malaysia, terdiri atas 43 mahasiswa asing serta 17 dosen gabungan dari UNITEN dan Universiti Malaysia Pahang Al-Sultan Abdullah (UMPSA).

ITB Buka Ruang Kolaborasi

Menurut Dr. Acep Purqon, pertemuan ini tidak hanya memperkuat kerja sama akademik, tetapi juga membuka peluang kolaborasi antarnegara dalam pengabdian masyarakat, khususnya di kawasan ASEAN.

“Kita perlu mempererat kerja sama di bidang akademik dan penelitian bersama, terutama dalam topik data science dan big data untuk isu-isu regional ASEAN,” ujar Acep.

Ia menambahkan, ITB yang menempati peringkat pertama di Indonesia dalam kategori sustainability versi QS World University Rankings 2024, memiliki tanggung jawab besar untuk memperkuat peran regional.

“ASEAN merupakan wilayah strategis dan akan menjadi pusat pasar berkembang dunia. Namun, potensi itu harus diimbangi dengan kesiapan terhadap SDGs,” katanya.

Acep menilai, universitas berperan penting sebagai penggerak ekonomi berbasis inovasi.

“Perguruan tinggi adalah motor utama yang menghasilkan teknologi berkelanjutan. Karena itu, kolaborasi seperti ini sangat penting untuk memperkuat hubungan Indonesia–Malaysia,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya pendekatan Person-to-Person (P2P) dalam membangun kerja sama jangka panjang yang tumbuh secara organik. Kolaborasi akan semakin efektif jika hasil riset kampus dapat terserap oleh industri melalui kebijakan pemerintah dan tata kelola teknologi yang tepat.

Lebih jauh, Acep menyoroti peran sains dasar dalam penguasaan teknologi masa depan. Ia mencontohkan tokoh seperti Elon Musk, lulusan fisika yang berhasil mengembangkan berbagai perusahaan berbasis inovasi, mulai dari SpaceX, Tesla, hingga Neuralink dan OpenAI.

“Ilmu fisika menjadi fondasi bagi munculnya teknologi disruptif seperti komputasi kuantum, fotonik, AI, dan IoT. Semua itu kini semakin relevan dalam konteks keberlanjutan,” jelasnya.

Ia menutup dengan pesan bahwa kompleksitas tantangan global tidak bisa diselesaikan oleh satu disiplin ilmu saja.

“Kolaborasi lintas disiplin dan multidisiplin menjadi keniscayaan. Dunia tanpa batas membuat ASEAN menjadi laboratorium masa depan untuk inovasi berkelanjutan,” pungkasnya.**

Exit mobile version