PenaOpini

IQ, EQ dan SQ Harus Beriringan

IQ, EQ dan SQ Harus Beriringan
Widdiya Permata Sari

Opni : Widdiya Permata Sari

PenaKu.ID – Apsih itu IQ EQ SQ? Yu kita cek barang-bareng agar menambah ilmunya yu kita baca dulu dan pahami.

1. IQ (Intelligence Quotient)

IQ atau intelligence quotient adalah kecerdasan intelektual. Dimana seseorang hanya menguasai materi seperti menalar, belajar, serta  memiliki memori jangka panjang dan jangka pendek yang baik.

2. EQ (Emotional Quotient)

EQ atau emotional quotient adalah kecerdasan emosional. Dimana seseorang yang memiliki kecerdasan dalam menguasai, menyadari, mengatur dan mengevaluasi perasaan  emosional. Selain itu, ia juga tahu apa dampak emosinya bagi orang lain.

3. SQ (Spiritual Quotient)

SQ atau spiritual quotient adalah kecerdasan spiritual. Kecerdasan ini menggunakan informasi spiritual untuk membantu mengatasi masalah sehari-hari dan mencapai tujuan. Orang dengan SQ yang tinggi tahu nilai, makna, dan visi hidupnya.

Lalu apa benar ketiga tersebut harus digunakan secara beriringan? Tentu benar karena akan sangat patal ketika hanya salah satu dari ketiga tersebut yang hanya digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja ketika seseorang hanya menguasai intelektual (IQ) saja sementara kecerdasan emosi(EQ), kecerdasan spiritual (SQ) tidak diterapkan, maka seseorang tersebut hanya akan mendapatkan materi saja. Selain itu, seseorang akan cenderung gegabah dalam menghadapi suatu permasalahan dalam bertindak.

Seperti halnya sekarang yang sedang booming ketika anak sekolah mem-bully teman-temannya, bahkan mendorong seorang nenek-nenek dengan begitu tidak beradab, bahkan nenek tersebut sampai terjatuh, video berdurasi 13 detik yang menampilkan pelajar menendang seorang nenek hingga jatuh tersungkur viral di media sosial, Twitter. Kekerasan pelajar itu diketahui terjadi di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara. Dalam video viral yang dibagikan pada Sabtu (19/11/2022) itu, segerombol pelajar yang bersepeda motor tampak melewati seorang wanita paruh baya. Dua orang di antara pelajar itu menghentikan motornya dan berbincang dengan wanita tersebut. Tiba-tiba, salah satu pelajar dari rombongan itu menghentikan motornya dan menendang sang nenek hingga jatuh tersungkur. (kompas, 20/11/2022).

Komponen Selain IQ

Maka itulah efek dari mereka yang hanya menguasai IQ (Intelligence Quotient) saja. Sehingga menggambarkan betapa buruknya sikap seorang pelajar yang sepatutnya mereka tidak hanya memiliki ilmu yang baik tapi wajib juga memiliki adab yang baik pula. Sejatinya dari IQ, EQ dan SQ memiliki komponen yang sangat penting yang harus diterapkan di kehidupan sehari-hari agar menjadi manusia yang berakhlaq mulia.

Namun, kita sebagai seorang guru harus mampu juga menghentikan bullying, yaitu dengan cara dua langkah.

Pertama, preventif (pencegahan)

Upaya preventif dilakukan dengan adanya peran keluarga, yaitu keluarga harus mampu mendidik anak-anaknya agar memiliki adab yang baik. Karena orang tua harus memberikan teladan yang baik kepada anak-anak mereka dalam berkata dan bersikap, sebab tidak sedikit para pelaku bullying berasal dari keluarga yang rusak akibat pola komunikasi yang buruk dari orang tua.

Seharusnya orang tua membekali anak-anak mereka dengan akidah yang kokoh dan akhlak yang terpuji, tidak hanya itu orang tua khususnya seorang ibu harus membekali dirinya dengan spiritual agama, untuk diajarkan kepada anak-anak mereka. agar seorang anak mampu paham dalam agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-harinya. 

Kedua, kuratif (pengobatan)

Upaya kuratif dilakukan untuk mengobati mereka yang memiliki kecenderungan melakukan bullying maka di sini tugas guru yang harus berperan yaitu dengan cara melakukan pendekatan yang mempengaruhi pola berpikir remaja saat menghadapi fakta kehidupan sehingga mereka akan mampu meninggalkan perilaku tersebut dengan penuh kesadaran. Bahkan tidak hanya itu aqidah mereka akan terbentuk dengan sempurna.

Namun, di sini juga ada peran negara yang harus membantunya, misalnya saja seorang guru jangan hanya dibebani dengan administrasi sekolah. Sehingga tugas mereka  dalam mendidik peserta didik agar menjadi pribadi yang berakhlak mulia serta menjadikan peserta didik yang mempunyai aqidah yang baik menjadi terlupakan, karena mereka sibuk dengan mengurus administrasi sekolahnya. Berbeda ketika seorang guru tanpa dibebani dengan berbagai tugas, maka mereka akan benar-benar fokus mendidik peserta didik agar menguasai semuanya tidak hanya menguasai materi saja.

Tidak hanya itu, seorang guru pula harus mampu memberi arahan dalam pembelajaran agar IQ, EQ dan SQ berjalan beriringan agar diterpakan dalam kehidupan sehari-harinya. misalnya:

pertama, dalam menerapkan IQ. (Intelligence Quotient), guru memberikan pengajaran yang berkaitan dengan kecerdasan logika melalui latihan-latihan yang berhubungan dengan materi pembelajaran.

Kedua, dalam menerapkan EQ (Emotional Quotient), guru memberikan pengajaran yang berkaitan dengan kecerdasan emosional peserta didik, seperti melatih dalam pengendalian diri untuk mengambil keputusan baik untuk diri sendiri maupun orang lain, cara ini bisa melalui belajar kelompok. Di mana setiap kelompok diberikan masalah agar dapat diselesaikan secara bersama dengan kelompoknya

ketiga, dalam menerapkan SQ (Spiritual Quotient), guru memberikan pengajaran berupa perilaku hidup yang sesuai dengan aturan agama. Misalnya, jika di agama Islam adanya kegiatan ibadah salat berjamaah dan motivasi belajar yang dilakukan rutin oleh sekolah. Pun dengan ajaran agama-agama lain tentunya ada acara lain, misal untuk umat Kristen misalnya beribadah rutin ke greja. Hal ini dapat memperbaiki dan mengajarkan siswa tentang bagaimana mengatasi permasalahan dan mencari solusi dengan akal sehat dan jiwa yang kuat sehingga menjadi pribadi pembelajar yang berkarakter dan beragama. Sehingga menjadi anak yang memiliki aqidah yang benar dan mampu menjalankan hukum-hukumnya secara menyeluruh.

Menjadi guru apabila tidak disertai dengan niat yang tulus maka pekerjaannya hanya sebatas mendapatkan upah atau tunjangan guru/sertifikasi dari yang yang dikerjakannya, tak ada imbalan selain itu. Niat yang tulus sangatlah menentukan. Jika bekerja sebagai guru dengan niat yang tulus iklhlas maka akan mendapat dua imbalan, yaitu imbalan di dunia dan imbalan di akhirat kelak.

Di samping itu, kita akan mendapatkan peserta didik yang memiliki kecerdasan IQ, EQ, dan SQ yang seimbang sebagai hasil dari ketulusan seorang guru dalam mengajar dan mendidiknya, di mana siswa banyak meniru dan menaladani semua yang diperbuat oleh guru. Seperti semboyan pendidikan kita ing ngarso sung tulodho ing madyo mangun karso tut wuri handayani.

Dari sini sudah jelas maka ketiga tersebut harus benar-benar dilakukan secara beriringan agar terbentuknya manusia yang mempunyai aqidah dan adab yang begitu baik dalam kehidupan sehari harinya.

Bahkan ketika IQ, EQ, dan SQ sudah terbentuk dalam diri anak maka perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari akan terarah dengan baik serta mereka akan mampu membedakan mana perilaku yang baik dan buruk.

***

Exit mobile version