Ragam

Heboh ‘Gunung’ Baru di Grobogan, Badan Geologi Pastikan Fenomena ‘Mud Volcano’

Heboh 'Gunung' Baru di Grobogan, Badan Geologi Pastikan Fenomena 'Mud Volcano'
Heboh 'Gunung' Baru di Grobogan, Badan Geologi Pastikan Fenomena 'Mud Volcano'/(pixabay)

PenaKu.ID – Kemunculan gundukan tanah baru secara tiba-tiba di Grobogan, Jawa Tengah, pada Maret 2024, sempat menghebohkan publik. Gundukan yang mengeluarkan semburan lumpur itu oleh warga dijuluki sebagai ‘gunung’ baru. Fenomena ini menjadi viral, terlebih lokasinya berdekatan dengan peristiwa gempa berkekuatan M 6,5 yang terjadi pada 22 Maret 2024.

Menanggapi kehebohan tersebut, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Muhammad Wafid A.N, memberikan penjelasan ilmiah. Ia menegaskan bahwa gundukan tersebut bukanlah gunung api, melainkan fenomena geologi yang dikenal sebagai ‘mud volcano’ atau gunung lumpur. Fenomena ini ternyata cukup sering terjadi di kawasan tersebut.

Gunung Pemicu Semburan Lumpur

Menurut Wafid, gempa dangkal yang terjadi sebelumnya memicu rekahan atau patahan di bawah permukaan. Patahan ini menjadi jalan (konduit) bagi gas alam dan lumpur panas dari dalam bumi untuk bermigrasi ke atas.

Lumpur yang memiliki densitas lebih ringan dari sedimen di sekitarnya terdorong kuat ke permukaan, membentuk kerucut yang menyerupai gunung. Artikel dari EGSA UGM juga menyebut anomali ini berasal dari batuan yang mengalami sesar, memungkinkan aliran gas keluar.

Dampak dan Potensi

Meskipun tidak seeksplosif gunung api, semburan ‘mud volcano’ tetap menimbulkan risiko. Dampak utamanya adalah kerusakan lahan pertanian di sekitarnya akibat lumpur panas yang berpindah-pindah. Selain itu, gas yang dikeluarkan, seperti hidrogen sulfida (H2S) yang berbau telur busuk dan karbondioksida (CO2), bisa berbahaya jika terhirup dalam konsentrasi tinggi.

Namun, di sisi lain, fenomena ini juga membuka potensi. Lumpur ‘mud volcano’ bisa mengandung mineral berharga seperti litium dan kaolinit, serta mikroorganisme unik yang menarik untuk diteliti. Fenomena ini juga berpotensi dikembangkan sebagai objek wisata geologi dan penelitian ilmiah.**

Exit mobile version