Kab. Cianjur, LabakiNews.id –
Tidak semua Pekerja Migran Indonesia (PMI) bisa bekerja, karena tidak sesuai dengan kriteria menjadi Pekerja di Luar Negeri. Berbagai permasalahan dari mulai documen dipalsukan, ijin suami/orang tua dipalsukan, keterampilan yang rendah dan kondisi kesehatan dari calon pmi yang tidak mendukung yang berakibat akan menyengsarakan si pmi tersebut.
Ironisnya masih banyak sponsor atau agen di daerah hanya sekadar merekrut dan mengirim mereka ke luar negeri, lalu melepaskan begitu saja dan tidak bertanggung jawab sepenuhnya.
Seperti yang dialami Ai Cahyati PMI asal Kp. Pasir Jengkol RT.03/02 Desa Nanggalamekar Kec Ciranjang, Kabupaten Cianjur Jawa Barat, Sesampainya di Abu Dhabi pada Bulan April 2019 lalu, masalah besar menimpa Ai Cahyati.
Gejala Sakit magh kronisnya kambuh kembali sehingga ia tidak bisa bekerja secara maksimal. Padahal ia baru bekerja 2 bulan di majikannya. Melihat kenyataan ini, majikan yang telah mengeluarkan uang untuk mendatangkan dan memperkerjakan Ai Cahyati merasa kecewa, yang akhirnya mengembalikan ke agennya di Abu Dhabi.
“Saya hanya bekerja dua bulan di majikan pertama lalu dikembalikan ke agen. 23 hari di kantor agen lalu kembali dikerjakan lagi pada majikan kedua yg mempunyai peternakan kambing, Hanya bertahan tiga minggu di majikan kedua, karena saya harus bekerja mengembala kambing, memberi makan dan merawat kambing di peternakan milik majikannya, bahkan terkadang mendapat bentakan kasar dan kekerasan fisik dari majikannya yang kedua akibat menolak atau ketika merasakan sakit yg dideritanya kambuh, ujar ai melalui sebuah rekaman vidio.
Menurut kabar dari teman sekerjanya, Ai diduga menderita sakit usus buntu dan sekarang sudah hampir 2 minggu berada di kantor agency. Dan berharap pihak pemerintah melalui kbri abu dhabi maupun pihak swasta yang merekrutnya bisa membantu memulangkan ke tanah air, imbuhnya
Ai Cahyati binti Wawan Oman bekerja di pengguna agency Al’Ain Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, dan berangkat bekerja ke Luar Negeri melalui jasa PT.BAHANA MEGA PRESTASI yang beralamat di Jakarta pada April 2019 lalu.
(Rus-Ay).
