PenaPeristiwa
Trending

Diduga Usai Imunisasi BCG & DPT Bayi 3 Bulan Meninggal Dunia, Begini Penjelasan Dinkes Kota Sukabumi

Dinkes Kota Sukabumi menghormati keputusan keluarga korban apabila akan melakukan autopsi secara menyeluruh

PenaKu.IDDinkes Kota Sukabumi Jawa Barat memberi penjelasan mengenai kejadian meninggalnya bayi berusia tiga bulan di wilayah Kecamatan Warudoyong, setalah disuntik imunisasi BCG, DPT dan pemberian Polio serta Rotavirus.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi, drg. Wita Darmawanti mengatakan, saat kejadian dinkes tidak berada di lokasi. Peristiwa ini diduga Kajadian Ikutan PascaImunisasi (KIPI), dirinya pun sudah meminta beberapa keterangan baik dari orangtua maupun Bidan Puskesmas dan dokter yang menangani korban.

“Iya ada yang bener ada yang kurang, kalau kronologinya ini bersi tanya jawab. Kita terhadap keluarga dan petugas dilapangan sebab saat kejadian saya tidak berada di Tempat Kejadian Perkara (TKP),” kata Kabid P2P Dinkes Kota Sukabumi Wita kepada awak media saat ditemui di kantornya, Jumat (13/06/2024) malam.

Lanjut Kabid P2P Dinkes Kota Sukabumi, M. Kenzi adalah anak dari pasangan Isan Nur Arifin (27) dan Dera Wulandari (27), anak pertamanya berusia 5 tahun. Orang tuanya menyebut tidak ada KIPI dan mereka mengetahui bila imunisasi dilakukan untuk memberi kekebalan tubuh pada anak.

“Nah, ketika datang ke Puskesmas Sukakarya. Dokter melakukan pemeriksaan keadaan anak dan dinyatakan sehat. Lalu, anaknya memang beranjak usia 2 bulan lebih 28 hari. Perlu diketahui semua di daerah lain imunisasi merupakan program nasional yang tentunya dilakukan sesuai petunjuk pelaksanaan dan teknik. Kondisi korban saat itu sehat namun imunisasi BCG belum diterima sehingga dilakukan imunisasi ganda dengan DPT,” beber Kabid P2P Dinkes Kota Sukabumi.

Dengan begitu, sambung Kabid P2P Dinkes Kota Sukabumi, yang dikhawatirkan kalau tidak lengkap maka terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) pada suatu saat nanti, program pusat ini ingin melindungi anak-anak dari penyakit yang bisa dicegah melalui imunisasi.

“Berdasarkan informasi yang diperoleh pihaknya dari keluarga korban dan bidan, anak tersebut dibawa ke Puskesmas Sukakarya untuk diberi imunisasi setelah melalui tahap pemeriksaan dan screening terhadap bayi untuk diberiakan vaksinasi BCG di lengan kanan, kemudian ditetes polio itu udah sesuai, kemudian disuntikkan di paha DPT kemudian diberi rotavirus tetes juga. Berarti disuntiknya dua kali BCG dan DPT kombinasi seperti itu. Suntik BCG, ditetes polio, suntik DPT kemudian ditetes rotavirus itu untuk mencegah diare,” ungkap Kabid P2P Dinkes Kota Sukabumi.

Setelah itu, lanjut dia, bayi dibawa pulang ke rumah di Kelurahan Sukakarya Kecamatan Warudoyong Kota Sukabumi. Saat di rumah, menurut pengakuan ibunya, kondisi bayi tersebut masih normal dan sempat mendapat ASI. Namun bayi laki-laki tersebut perlahan suaranya melemah.

“Itu ibu bilang anaknya sempat bercanda sama ibunya, aman, kemudian disusui, kemudian bayi tidur. Setelah bangun, bayi nangis ingin menyusui, setelah itu saya juga bertanya, itu setelah menyusui seperti apa ya. Intinya setelah menyusui itu si ibu merasakan kok tiba-tiba si bayi melemah suara tangisannya,” jelas Kabid P2P Dinkes Kota Sukabumi.

“Setelah melemah, ibu bayi telepon ke bidan berinisial (N) kayak kejang suaranya hilang. dan itu bidan dari Sukakarya dengan dokter langsung pergi karena katanya ada kejang si bayi itu,” ucapnya.

Pihak puskesmas dan bidan langsung memberikan langkah penyelamatan dengan memberi obat kejang. Puskesmas dan pihak keluarga langsung membawa korban ke Rumah Sakit Islam Assyifa Kota Sukabumi. Usai dinyatakan meninggal dunia, pihaknya menyambangi rumah korban dan melaporkan kejadian tersebut secara berjenjang ke Komisi Nasional Kejadian Ikutan PascaImunisasi (Komnas KIPI).

“Setelah itu memang setelah dilihat sudah tidak ada (meninggal dunia), akhirnya kita kan juga bingung mau bagaimana. Yang jelas kita langsung laporan. harus diapakan kalau sudah begini. kalau sudah meninggal kan pasti sudah dikubur. Tapi bentuk tanggung jawab kami, kami antar juga saya antar langsung dengan tenaga yang lain dengan sopir ambulans dengan teman-teman dinas kesehatan dengan ibu, dengan bibinya, kakaknya itu kita langsung ke rumah duka,” bebernya.

Dia juga memastikan bahwa vaksin yang diberikan kepada bayi tersebut dalam keadaan baik dan tidak kadaluarsa.

“Kita ga bisa menyebut kejanggalan yang jelas Vaksin Vial Monitorng (VVM)-nya bagus jadi dalam keadaan baik,” terangnya.

Dinkes Kota Sukabumi Menunggu Hasil Pemeriksaan

Terkait dengan adanya dugaan penyebab bayi tersebut meninggal dunia, pihaknya belum dapat memastikan, karena sedang menunggu hasil pemeriksaan dan investigasi dari Komnas KIPI.

“Biasanya (investigasi) ga lama tapi kita menunggu lah nanti kalau sudah ada kita sampaikan lagi kan hasilnya nunggu tim independen Komnas KIPI,” ujar Wita.

“Iya dimulai dari laporan ke Pokja KIPI Kota Sukabumi kemudian berlanjut ke Komda KIPI Jawa Barat hingga Komnas KIPI. Dinkes diwajibkan mengisi beberapa data autopsi verbal sebagai bahan audit khusus lembaga independen tersebut, lalu diminta mengisi formnya itu lengkap sesuai dengan juklas juknis dari sana. Bahkan hari itu kita belum selesai karena banyak ya data-data, vaksinnya, sisa vaksin, suntikannya harus kita siapkan, fotonya segala macam sampai data-data si anak yang satu batch dengan si bayi,” imbuhnya.

Masih kata Wita, Dinkes Kota Sukabumi akan melakukan investigasi seluruhnya baik dari puskesmas, keluarga dan bukti lainnya, pihaknya belum mendapatkan hasil kesimpulan apa, apakah itu dari human error apakah dari vaksi atau dari faktor lainnya itu masih belum diketahui. Jika BCG, DPT, Polio dan Rotavirus kadaluarsa, hal tersebut tidak mungkin karena setiap antigen selalu dilakukan pengecekan Vaksin Vial Monitor (VVM) sebelum digunakan.

“Kami juga selalu menatau bagaimana dari penyimpanan vaksinnya, bagaiman prosedur yang dilakukan evaluasi terus kita jaga secara berkala dan selalu memeriksa lantai dingin suhunya. Tidak kadaluarsa VVM sebagai tanda indikator bisa digunakan atau tidak. Jadi, sebelum kadaluarsa pun VVM itu bisa menunjukkan. Bisa saja vaksinnya belum kadaluarsa tapi VVM nya jelek itu tidak digunakan,” terang dia.

Dinkes Kota Sukabumi menghormati keputusan keluarga korban apabila akan melakukan autopsi secara menyeluruh.

“Kalau pihak keluarga berniat untuk autopsi, pihaknya bakal menunggu dari pusat, rekomendasi dari komnas seperti apa nanti akan mengikutinya,” tutup Wita.

***

Related Articles

Back to top button