PenaKu.ID – Tidak ada yang menikah dengan tujuan untuk bercerai. Namun, ada kalanya perpisahan menjadi pilihan yang lebih sehat dan bijaksana daripada terus bertahan dalam hubungan yang merusak.
Keputusan untuk bercerai adalah langkah besar yang tidak boleh diambil secara gegabah. Ia harus didasarkan pada refleksi mendalam dan pemahaman bahwa semua upaya untuk memperbaiki telah menemui jalan buntu dan di situlah kapan penceraian akan bergulir.
Memilih bercerai seringkali dianggap sebagai kegagalan, padahal dalam beberapa kasus, itu adalah tindakan keberanian untuk menyelamatkan diri sendiri dan pihak lain dari penderitaan yang berkepanjangan.
Ini adalah pengakuan bahwa kebahagiaan dan kedamaian tidak lagi dapat ditemukan dalam ikatan pernikahan tersebut. Lalu, kapan momen yang tepat untuk benar-benar mempertimbangkan kapan penceraian dilakukan secara serius?
Ketika Komunikasi Sudah Mati Total, Kapan Perceraian?
Salah satu pilar utama pernikahan adalah komunikasi. Jika dialog telah berubah menjadi pertengkaran terus-menerus, saling menyalahkan, atau bahkan keheningan yang dingin dan berkepanjangan, ini adalah tanda bahaya.
Ketika kedua belah pihak sudah tidak lagi mau atau mampu mendengarkan, memahami, dan berempati satu sama lain, fondasi hubungan telah retak parah. Upaya mediasi atau konseling pun tidak lagi membuahkan hasil.
Ketika Nilai Fundamental Tidak Lagi Sejalan, Kapan Perceraian?
Pasangan bisa saja memiliki hobi atau minat yang berbeda, tetapi pernikahan yang sehat membutuhkan keselarasan dalam nilai-nilai fundamental. Ini mencakup pandangan tentang masa depan, keuangan, cara mendidik anak, hingga prinsip hidup.
Jika perbedaan ini menjadi jurang yang terlalu lebar dan terus-menerus menimbulkan konflik tanpa solusi, mungkin sudah saatnya untuk mengakui bahwa Anda berdua berjalan ke arah yang berbeda dan melepaskan adalah pilihan terbaik.**