PenaKu.ID – Daun yang dikenal masyarakat dengan sebutan “daun mustajab” kian menarik perhatian dunia ilmiah. Dalam pengobatan tradisional Nusantara, nama ini umumnya merujuk pada dua jenis tanaman: Abelmoschus manihot (dikenal sebagai daun gedi) dan Rhinacanthus nasutus (sering disebut daun manukan). Kini, berbagai penelitian mulai menyingkap potensi kesehatannya secara lebih terukur.
Bukti Ilmiah Daun Mustajab yang Makin Kuat
Sejumlah riset dari universitas terkemuka menunjukkan bahwa daun gedi memiliki kandungan fenolik dan flavonoid tinggi—dua senyawa yang dikenal berperan penting sebagai antioksidan alami.
Dalam penelitian di Universitas Gadjah Mada, ekstrak daun gedi yang diolah dengan pelarut bertingkat menghasilkan kadar total fenolik sekitar 10,67 mg GAE/g dan flavonoid mencapai 2,33 mg kuersetin/g, menandakan aktivitas antioksidan yang signifikan.
Temuan serupa juga datang dari Journal Universitas Garut, yang melaporkan bahwa ekstrak etanol 96 persen dari daun gedi memiliki efek antitukak lambung pada hewan uji. Pemberian dosis tertentu menunjukkan efek protektif terhadap kerusakan lambung akibat induksi aspirin.
Sementara itu, riset terhadap daun manukan (R. nasutus) juga menjanjikan. Penelitian yang dimuat di Jurnal Online Universitas Medan Area menemukan bahwa ekstrak etanol dari daun ini mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan diameter zona hambat sekitar 13,18 mm pada konsentrasi 60 persen.
Lebih lanjut, risalah ilmiah di perpustakaan Universitas Indonesia menyoroti potensi R. nasutus dalam menghambat enzim alfa-glukosidase, yang berkaitan dengan pengelolaan kadar gula darah. Temuan ini membuka peluang untuk pengembangan terapi herbal pendukung bagi penderita diabetes—meski masih dalam tahap laboratorium.
Khasiat Tradisional Daun Mustajab yang Masih Dipercaya
Di tengah masyarakat, daun mustajab sudah lama digunakan sebagai ramuan herbal untuk berbagai keluhan, mulai dari demam, luka, gangguan ginjal, hingga kesehatan tulang.
Sumber kesehatan populer seperti Alodokter menyebutkan bahwa daun gedi memiliki potensi sebagai anti-nyeri, penunjang kekuatan tulang, pelindung ginjal, bahkan menunjukkan aktivitas antikanker pada uji praklinis.
Catatan dan Peringatan
Meski hasil awal tampak menjanjikan, para peneliti menegaskan bahwa mayoritas riset masih terbatas pada skala laboratorium dan uji hewan. Belum banyak bukti klinis yang mengonfirmasi manfaat daun mustajab secara langsung pada manusia.
Selain itu, penggunaan tradisional tidak selalu aman bagi semua kondisi medis. Ibu hamil, menyusui, bayi, atau individu yang sedang menjalani pengobatan tertentu disarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis sebelum mengonsumsinya.
Penelitian dari ejournal.sttif.ac.id juga menyoroti bahwa kadar flavonoid, kandungan logam berat, serta aktivitas antioksidan dalam ekstrak daun gedi bisa berbeda antar-sampel, sehingga standarisasi mutu dan dosis masih menjadi tantangan utama.
Daun yang dikenal dengan nama “mustajab” kini menempati posisi menarik di antara tradisi dan sains modern. Kandungan antioksidan, antimikroba, dan antiinflamasinya memberi harapan baru bagi pengembangan fitoterapi lokal.
Namun, hingga ada bukti klinis yang lebih kuat, penggunaannya sebaiknya diposisikan sebagai terapi pendukung, bukan pengganti pengobatan medis. Para ahli tetap mendorong agar masyarakat bijak dan berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum menjadikannya bagian dari perawatan rutin.**
