LabakiNews.id – Cacar monyet atau monkeypox tiba-tiba heboh di Singapura dan dikhawatirkan masuk ke Indonesia melalui Batam.
Di Singapura, infeksi cacar monyet pertama ditemukan ketika seorang warga negara Nigeria berusia 38 datang ke Singapura, 28 April lalu.
Hasil pemeriksaan terbukti positif mengidap cacar monyet. Kini pasien itu diisolasi di National Centre for Infectipus Diseases (NCID).
Pemerintah Indonesia tentu harus mewaspadai wabah firus itu. Pihak perbatasan Batam kini sedang berjaga-jaga melalukan deteksi setiap yang datang dari Singapura.
Lalu apa itu cacar monyet?
cacar monyet adalah penyakit langka yang disebabkan oleh virus dan ditularkan pada manusia melalui hewan, terutama di kawasan Afrika Tengah dan Barat.
Umumnya penularan diakibatkan oleh kontak dengan hewan terinfeksi, seperti tikus atau hewan pengerat lain.
Penularan dari manusia ke manusia juga dapat terjadi lewat kontak dekat dengan sekresi saluran pernapasan yang terinfeksi, luka pada kulit penderita, atau objek yang telah terkontaminasi cairan tubuh penderita.
Meski demikian, situs resmi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menulis, penularan pada manusia ini sangatlah terbatas.
Transmisi melalui partikel cairan pernapasan membutuhkan kontak antarmuka jangka panjang, sehingga penyakit ini biasanya hanya menular kepada anggota keluarga.
Direktur Eksekutif NCID, Profesor Leo Yee Sin mengatakan, tidak ada bukti yang mencatat bahwa infeksi cacar monyet dapat menyebar melalui penularan antar manusia saja.
“Rata-rata, setiap pengidap akan menularkan infeksi pada kurang dari satu orang saja. Cacar monyet tidak mudah menular seperti flu. Rantai penularan juga dapat diputus melalui pelacakan kontak dan karantina,” ujarnya.
Kementrian Kesehatan Singapura menyebutkan, penyakit cacar ini penularannya terbatas, di mana pasien umumnya pulih setelah dua atau tiga hari.
Gejala penyakit cacar monyet secara umum antara lain termasuk demam, nyeri, pembengkakan nodus limfa, dan ruam pada kulit.
Penyakit ini juga dapat menyebabkan komplikasi serius seperti pneumonia atau bahkan kematian. Sebelum menunjukkan gejalanya, cacar monyet biasanya diawali dengan periode inkubasi selama 6-16 hari.
Infeksinya kemudian bisa dibagi menjadi dua periode:
Pertama, periode invasi
selama lima hari sejak gejala dimulai, pasien mengalami demam, sakit kepala intens, pembengkakan nodus limfa atau limfadenopati, nyeri punggung, nyeri otot dan kekurangan energi.
Kedua, periode erupsi kulit
Periode ini terjadi 1-3 hari setelah demam dimulai. Pada periode inilah, ruam mulai muncul dari area wajah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Pada 95 persen kasus, wajah pasien menjadi bagian yang paling banyak mengalami ruam, disusul dengan telapak tangan dan kaki (75 persen kasus).
Ruam ini bermula dari luka datar di area membran mukosa oral (70 persen kasus). Selain itu, luka juga bisa terjadi pada area kelamin (30 persen), kelopak mata (20 persen) dan kornea atau bola mata.
Dalam waktu 10 hari, luka kemudian berevolusi menjadi lepuhan kecil berisi cairan, bintil, dan akhirnya kerak.
WHO menulis bahwa untuk menghilangkan kerak ini sepenuhnya, diperlukan setidaknya waktu tiga minggu, meskipun pasien telah menjalani perawatan untuk cacar monyet.
Sebelum ruam menghilang, pasien juga biasanya menunjukkan kembali gejala khas cacar monyet, yaitu pembengkakan nodus limfa.
Sayangnya belum ada perawatan atau vaksin khusus untuk menangani cacar monyet. Studi menunjukkan bahwa vaksin variola 85 persen efektif dalam mencegah cacar monyet.
Namun, vaksin ini sudah tidak lagi diproduksi untuk khalayak umum menyusul eradikasi variola global.
Karena itu, cara terbaik untuk menghentikan penyebaran cacar monyet adalah mencegah infeksinya.
WHO menghimbau pihak-pihak yang berwenang untuk meningkatkan kesadaran akan faktor risiko cacar monyet dan cara-cara untuk mengurangi paparan terhadap virus ini.
(Dhendr)