PenaKu.ID — Viralnya video kekerasan yang dialami oleh seorang bocah SMP yang ditinju dan dipukul oleh sekelompok remaja beberapa waktu yang lalu begitu membuat miris. Betapa tidak, remaja yang seharusnya tengah semangat menjalani masa-masa pencarian jatidiri justru terjebak dalam dunia kriminal.
Insiden memprihatinkan ini terjadi di Cimahi, Jawa Barat, diketahui kemudian viral hingga mewarnai pemberitaan di media-media Online. Entah apa yang ada dipikiran para remaja tersebut sehingga tega menganiaya anak lainnya.
Seolah minim dengan rasa empati terhadap sesama, para remaja ini jelas memiliki kepribadian yang salah. Kasus serupa bukan pertama kali terjadi, sudah sering kita mendengar berita kekerasan yang dilakukan oleh para remaja yang tengah labil ini. Di Jogya bahkan viral dengan istilah ” Klitih” yaitu kejahatan jalanan yang didominasi oleh para remaja sebagai pelakunya.
Berkaitan dengan hal ini, Kriminolog Haniva Hasna, M. Krim, mengatakan bahwa penyebab kekerasan ini dipengaruhi oleh kesehatan mental. Adanya frustasi dan konflik pada diri, ditambah pola asuh orang tua yang tidak konsisten serta lalai dalam pengawasan menjadikan pemuda frustasi hingga muncul agresi pada orang lain.
Sementara, menurut Sosiolog Puji Qomariyah, S.Sos., M.Si., mengungkap bahwa karakteristik lingkungan yang kapitalistik menyebabkan terciptanya lingkungan egoistis yang membuat remaja lebih leluasa melakukan aksi tidak manusiawi (lldikti5.kemdikbud.go.id).
Kekerasan Dipengaruhi Pola Asuh Keluarga dan Lingkungan
Maka bisa kita simpulkan, bahwa penyebab tindak kekerasan oleh remaja dipengaruhi tiga unsur, yaitu pola asuh keluarga, lingkungan yang memberi contoh kekerasan, dan yang paling utama adalah sistem kehidupan yang kapitalistik. Semua ini secara akumulasi menumbuhkan profiling anak yang rentan terhadap tindak kekerasan.
Menyoal penyebab kekerasan remaja berkaitan dengan tiga unsur tersebut, maka solusinya tidak bisa parsial, melainkan harus sistematis dan menyeluruh.
Jika kita kembali pada Islam sebagai agama yang paripurna, Islam sudah menyediakan solusi agar keluarga memiliki pola asuh yang baik dengan mengikuti pendidikan ala Rasulullah saw.. Lalu untuk mewujudkan lingkungan yang baik, erat kaitannya dengan sistem kehidupan yang berlaku di dalam masyarakat.
Bukan seperti sistem kehidupan yang kapitalistik saat ini yang justru akan menumbuhkan sikap egosentris pada anak remaja karena mendewakan materi, kebebasan, serta memisahkan dunia dengan akhirat (sekuler). Akibatnya anak akan bertindak bebas sesuai keinginannya, tanpa ada rasa takut akan adanya balasan di akhirat ketika melakukan kekerasan atau pelanggaran yang lain Islam pun menaruh perhatian yang besar pada kehidupan remaja, hasilnya terlihat dari hasil pendidikan pada masa kejayaan Islam.
Saat itu banyak prestasi membanggakan yang diukir oleh para pemudanya, seperti Abdurrahman an-Nashir dari Kekhalifahan Bani Umayyah yang menjadi pemimpin pada usia 22 tahun. Di bidang militer dan pemerintahan, sosok Muhammad al-Fatih, Umar bin Abdul al-Aziz, dan Salahuddin al-Ayyubi menjadi perhatian dunia karena keistimewaan mereka pada usia muda.
Pendidikan berbasis sistem Islam memadukan tiga peran sentral yang berpengaruh pada proses perkembangan generasi, yaitu keluarga, masyarakat, dan yang paling penting adalah negara. Negara wajib menyediakan layanan pendidikan, mulai dari kurikulum berbasis akidah Islam hingga sarana yang memadai. Negara juga melakukan kontrol sosial dengan melakukan pengawasan atas penyelenggaraan sistem Islam secara menyeluruh.
Inilah solusi hakiki yang ampuh untuk menyelesaikan segala problematika kehidupan remaja masa kini. Tentu saja melalui hal-hal sebagaimana Rasulullah SAW lakukan sebagai cerminan untuk kita semua. Karena, sungguh para pemuda dalam sistem kehidupan Islam merupakan aset negara pengisi peradaban, bukan sampah peradaban akibat efek buruk sistem kapitalisme. Wallahualam.
**Red