Tutup
PenaKesehatan

New Normal di Jabar Disertai dengan Pengendalian Penularan Covid-19

×

New Normal di Jabar Disertai dengan Pengendalian Penularan Covid-19

Sebarkan artikel ini
berita 1590586576
berita 1590586576
Wakil sekretaris gugus tugas covid-19 prov jabar, berli hamdani

PenaKu.ID – Adaptasi tatanan normal baru atau new normal di Jawa Barat (Jabar) mengacu pada sejumlah indikator dan persiapan matang.

Tatanan normal baru, yang bertujuan memulihkan perekonomian, di Jabar pun akan disertai dengan pengendalian risiko penularan COVID-19 yang komprehensif.

Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar, Berli Hamdani, menyatakan, kesiapan Jabar memasuki tatanan normal baru dapat dilihat dari hasil kajian epidemiologi. Angka reproduksi (Rt) penyebaran COVID-19 di Jabar sudah menyentuh angka 1. Artinya, Jabar dinilai dapat mengendalikan SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19. 

“Kita sudah bisa mempertahankan Rt atau angka reproduksi dari penularan ini di angka 1. Artinya, 1 orang positif COVID-19 di Jabar menularkan ke 1 orang lainnya,” kata Berli dalam jumpa pers di Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (27/5/20). 

Hasil evaluasi pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tingkat provinsi juga menunjukkan hasil yang positif. Hal itu terlihat dari rata-rata penambahan kasus per hari, dari 40 kasus per hari pada akhir April 2020 turun menjadi 21-24 kasus pada akhir Mei. 

Tingkat rata-rata kematian Jabar akibat COVID-19 pun menurun dari 7 jiwa menjadi 3 jiwa per hari. Sementara tingkat kesembuhan mencapai dua kali lipat. Kemudian, jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit mengalami penurunan.

Selain itu, kata Berli, Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar sudah mengumumkan level kewaspadaan untuk 27 kabupaten/kota. Berdasarkan hasil evaluasi, 3 daerah berada di level 4 atau zona merah, 19 daerah berada di level 3 atau zona kuning, dan 5 daerah berada di level 2 atau zona biru. Level kewaspadaan tersebut akan menentukan penerapan tatanan normal baru di setiap daerah. 

“Jadi dari perkembangan ini sebenarnya ini sudah ada perbaikan secara pengendalian COVID-19 di Jabar. Kemudian kalau kita lebih memperdalam lagi secara tataran level kelurahan atau kecamatan, kecamatan yang ada positif di Jabar ini tidak lebih dari 203 kecamatan yang melaporkan atau diketahui terdapat pasien COVID-19,” ucapnya. 

Berli mengatakan, Pemda Provinsi Jabar siap beradaptasi dan memasuki tatanan normal baru dengan menyusun panduan pencegahan dan pengendalian COVID-19 di semua sektor, mulai dari lembaga pendidikan, rumah ibadah, industri, perdaganan, sampai perkantoran. 

Panduan tersebut menyiapkan protokol kesehatan baru yang lebih ketat. Misalnya, mal wajib membatasi jumlah pengunjung, menyediakan alat keberhasihan bagi pekerja dan pengunjung, dan memasang pembatas atau tabir kaca bagi pekerja yang melayani pengunjung. 

“Kita harus mulai menyusun protokol kesehatan untuk masing-masing entitas kegiatan dalam masyarakat kita. Contohnya bagaimana protokol kesehatan di lingkungan industri, kemudian di lingkungan perkantoran, protokol kesehatan di lingkungan sekolah, di lingkungan lembaga pendidikan, dan lembaga dan institusi-institusi lain,” katanya. 

“Manajemen pun akan lebih terfokus pada elemen wilayah terkecil yang ada di pemerintahan. Kita mengkaji bagaimana pengendalian tingkat desa, lurah, atau paling tidak tingkat kecamatan. Tentunya dengan mengkoordinir semua pihak termasuk setiap unit pelayanan unit kepada publik, yang nanti akan ada tim pengendali COVID-19,” tambahnya. 

Tetap Fokus pada Risiko Penularan COVID-19

Berli memastikan, kewaspadaan Jabar dalam mengendalikan COVID-19 tidak akan berkurang meski memasuki tatanan normal baru. Pengetesan COVID-19 dengan metode teknik reaksi rantai polimerase (polymerase chain reaction/PCR) atau tes swab maupun rapid test akan secara intens dilakukan. 

Selain sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19, pengetesan masif akan mendapatkan peta persebaran COVID-19 yang komprehensif, melacak kontak terpapar COVID-19, mendeteksi keberadaan virus, dan memastikan status pasien COVID-19. 

“Kita mengambil sikap atau putuskan kebijakan dengan tetap mengendepankan kewaspadaan. Salah satu kewaspadaan yang akan terus ditingkatkan adalah melakukan pemeriksaan atau pendeteksian yaitu dengan rapid test maupun swab test,” katanya. 

“Di dalam era kenormalan baru itu, kita akan melihat petugas-petugas kesehatan menggunakan kendaraan yang ada, di Jabar itu ada ambulans, ada MPUS, ada MASKARA, ada berbagai kendaraan Pemda Provinsi yang nanti akan berkeliling melakukan pemeriksaan rapid test, kemudian swab test ke kerumunan-kerumunan,” imbuhnya. 

Pengetesan masif di Jabar disertai pula dengan penguatan kesiapan laboratorium, supaya tes masif dengan metode PCR berjalan optimal. Tes swab sendiri dilakukan untuk menerapkan intervensi yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan, menyeimbangkan pengendalian pandemi kesehatan dengan kebutuhan hidup dasar masyarakat Jabar.

Selain Labkesda Jabar, ada 8 laboratorium yang ditunjuk Pemda Provinsi Jabar untuk melakukan pemeriksaan PCR, yakni Unpad Jatinangor, RSHS, RSUI, Labkesda Kota Bekasi, Labkesda Kabupaten Bekasi, IPB, VET Subang, dan BBTKL Jakarta. Total kapasitas pengetesan mencapai 5.838 spesimen per hari, tapi kemampuan pengetesan per hari berada di angka 2.999 spesimen atau 60 persen dari total kapasitas.

Kemudian, Pemda Provinsi Jabar konsisten menginventarisasi ruang isolasi dan perawatan COVID-19 tambahan di sejumlah daerah. Hal tersebut sebagai upaya penguatan kesiapsiagaan menghadapi lonjakan kasus positif COVID-19. 

“Tingkat hunian di fasilitas-fasilitas kesehatan pada 18 Mei kemarin, berkisar 32 persen. Berdasarkan data di tanggal 25 Mei, sudah turun menjadi 30 persen. Ini artinya yang dirawat atau perlu perawatan karena penyakit COVID-19 di Jabar mengalami penurunan. Sementara kapasitas rawat inap kita masih sangat luas dan sangat siap Insyaallah untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan risiko tadi,” kata Berli. 

Berli menyatakan, tatanan normal baru harus juga disertai kedisiplinan masyarakat dalam menjaga jarak dan menggunakan masker, karena berkontribusi besar menghentikan rantai penularan dan mengendalikan COVID-19. 

“Kenormalan baru ini akan berhasil menjadi sebuah budaya yang positif dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, bukan hanya karena COVID-19, apabila masyarakat turut berperan serta dalam hal kedisiplinan. Jadi, disiplin menggunakan masker, dan disiplin melakukan physical distancing,” ucapnya.



(Js/hm)