PenaKu.ID – Pasar saham Indonesia kembali menunjukkan performa impresif pada penutupan perdagangan Senin (14/4/2025) dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik sebanyak 106,2 poin atau sekitar 1,7% ke level 6.368,5.
Lonjakan ini menandai reli penguatan yang berlangsung selama tiga hari berturut-turut, menarik perhatian para investor dan analis pasar.
Dalam momentum positif tersebut, terdapat lima saham yang mencatatkan lonjakan signifikan dengan kenaikan lebih dari 18%.
Dua di antaranya bahkan menyentuh batas auto rejection atas (ARA). Data RTI mengungkapkan bahwa sebanyak 492 saham mengalami kenaikan, 137 saham terkoreksi, dan 176 saham tidak mengalami perubahan.
Total nilai transaksi mencapai Rp 13,9 triliun dengan volume perdagangan sebesar 23,25 miliar saham dan frekuensi transaksi tercatat sebanyak 1.189.274 kali.
Angka-angka tersebut mencerminkan aktivitas pasar yang sangat dinamis dan kepercayaan investor yang kembali meningkat.
Kinerja IHSG dan Dampaknya
Kinerja IHSG hari ini tidak hanya dilihat secara agregat, tetapi juga terekam di berbagai sektor.
Sektor bahan baku memimpin dengan penguatan sebesar 5,6%, sementara sektor energi mencatatkan kenaikan 4%.
Sektor properti dan infrastruktur masing-masing naik 3,5% dan 3,4%, didukung pula oleh sektor barang konsumsi primer yang menguat 2,8%.
Penguatan sektor-sektor ini menunjukkan adanya sentimen positif di seluruh lini ekonomi, yang turut menggerakkan kepercayaan investor pada kestabilan ekonomi nasional.
Faktor Global bagi IHSG
Penguatan pasar saham Indonesia juga sejalan dengan tren positif di bursa saham Asia. Indeks Shanghai menguat 0,7%, Hang Seng melonjak 2,4%, Straits Times naik 1%, dan Nikkei menguat 1,1%.
Analis dari Pilarmas Investindo Sekuritas menyatakan bahwa lonjakan IHSG hari ini didorong oleh kombinasi sinyal positif dari dalam maupun luar negeri.
Di kancah global, keputusan Presiden Amerika Serikat untuk menunda pengenaan tarif impor elektronik dari Tiongkok turut mendorong optimisme.
Sementara, di ranah domestik, laporan Bank Indonesia menunjukkan cadangan devisa per Maret 2025 mencapai US$ 157,1 miliar, naik dari US$ 154,5 miliar di bulan sebelumnya.
Hal ini diyakini semakin memperkuat posisi ekonomi makro dan mendukung penguatan pasar saham secara menyeluruh.**