PenaKu.ID — Warga Desa Cipada I, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat Jawa Barat kini memiliki tempat tongkrongan para pecinta kopi.
Salah satu suguhan yang menjadi khas tempat nongkrong tersebut adalah Kopi Burangrang Selatan (Bursel). Kopi tersebut termasuk jenis kopi arabika yang mempunyai cita rasa yang khas serta tidak membuat perut kembung saat dinikmati.
Petani sekaligus pemilik kedai Kopi Bursel, Sugondo mengatakan, kopi ini berasal dari kebun, yang mengolahnya pun tidak dipabrik seperti kopi pada umumnya.
Proses Pembuatan Kopi Mantap Ramuan Uwa Gondo
“Dari mulai menanam, produksi, proses hingga pengolahan dilakukan sendiri,” kata Sugondo atau pria yang sering disapa Uwa Gondo, Selasa (10/8/21).
Uwa Gondo mengaku, awal mula budidaya kopi tersebut berangkat dari keprihatinan terhadap para petani yang menjual kopi kepada tengkulak dengan harga tak sebanding.
“Ya kita tahu kalau menjual kopi ke tengkulak pasti harganya lebih murah, sementara tengkulak bisa dapat keuntungan yang lebih besar,” ucapnya.
Dari rasa prihatin itu, lanjut dia, pihaknya mulai menggali potensi kopi dari hulu hingga ke hilir dengan tujuan mengangkat kembali harga kopi dari petani.
“Dengan usaha seperti itu mungkin harga kopi dari petani bisa jauh lebih tinggi yang tentunya bisa kembali meningkatkan perekonomian warga, dalam hal ini petani kopi,” ujarnya.
Kendati demikian, Uwa Gondo menuturkan bahwa dirinya tidak menjual kopi kepada konsumen dalam jumlah banyak.
Pasalnya, kopi yang diproduksi olehnya hanya untuk konsumsi pribadi dan masyarakat sekitar lantaran produksinya yang masih terbatas.
“Saya batasi karena untuk konsumsi pribadi, kalau ada yang beli saya jual gak nyampe puluhan kilo,” terangnya.
Ia menjelaskan, panen kopi dilakukan setahun sekali dengan masa panen bisa sampai 4 bulan, bahkan lebih. Hal itu juga menjadi salah satu kendala produksi kopi.
“Untuk harga kopi sendiri cukup bervariasi, kopi dengan kemasan 100 gram dijual dengan harga yang cukup bervariasi mulai dari Rp 25 ribu hingga Rp 35 ribu tergantung varian,” jelasnya.
Sedangkan, kata dia, untuk kopi dengan varian honey dihargai Rp 25 ribu, natural Rp 30 ribu, wine Rp35 ribu dan full wash Rp 20 ribu per 100 gram.
Dikatakan Wa Gondo, Kopi Bursel memiliki keunikan tersendiri, yaitu dari cita rasanya. Menurutnya, beberapa barista kopi yang pernah melakukan cuping menyebut kopi Bursel memilik banyak rasa.
“Saat dicoba barista, kopi Bursel memiliki 6 rasa yang berbeda, mungkin karena lokasi penanamannya. Karena cita rasa kopi tergantung kondisi yang ada di sekitarnya,” katanya.
Disinggung soal kendala yang kini tengah dihadapi, para petani masih belum bisa memproduksi dalam jumlah besar. Selain itu, untuk proses pengolahan hingga jadi bubuk kopi sendiri, pihaknya tidak memiliki mesin roasting dan grinder.
“Saya berharap segera ada bantuan dari pemerintah agar potensi kopi di Bandung Barat bisa tumbuh dan berkembang,” pungkasnya.
(Cdr)