PenaKu.ID – Dunia perdagangan global kembali diguncang setelah Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan kebijakan tarif resiprokal yang mengejutkan pasar internasional.
Sejak pengumuman tersebut pada Rabu pekan lalu (2/4/2025), indeks S&P GSCI yang mencakup komoditas energi, logam industri, dan hasil pertanian mengalami koreksi lebih dari 8%.
Fenomena ini memicu kekhawatiran mengenai potensi terjadinya resesi global apabila tren penurunan harga terus berlanjut.
Koreksi yang terjadi disebabkan oleh penurunan harga komoditas secara serentak dari sektor energi yang tertoreh pelemahan paling tajam dengan penurunan hingga 12%, diikuti oleh sektor logam industri yang turun hampir 9%, dan sektor agrikultur yang terkoreksi sebesar 5,2%.
Di tengah gelombang ketidakpastian inilah, kebijakan kenaikan tarif impor dari China yang kini mencapai 125% semakin meningkatkan tekanan terhadap permintaan global.
Bahkan, setelah adanya sinyal pelonggaran sebagian tarif, pasar tak menunjukkan tanda-tanda pemulihan secara signifikan.
Analisis Dampak Tarif pada Pasar Komoditas Global
Kenaikan tarif impor tak hanya berdampak pada sektor domestik, tetapi juga memiliki implikasi luas terhadap stabilitas ekonomi global.
Investor mulai khawatir bahwa aksi balasan tarif dan keputusan OPEC+ untuk mempercepat penambahan produksi akan memperparah situasi.
Para analis, seperti Marko Papic dari BCA Research, menyebut fenomena ini sebagai “circuit breaker” yang mengindikasikan perlambatan sistemik dari roda ekonomi global.
Di samping itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi, khususnya di AS, kini terancam dengan penurunan harga komoditas menjadi indikator kuat akan datangnya resesi.
Skenario Resesi dan Tantangan Ekonomi Pasar Komoditas Global
Melihat kondisi ini, banyak pihak menilai bahwa tekanan ini merupakan pertanda bahwa ekonomi global tengah memasuki fase yang penuh tantangan.
Para analis memperkirakan bahwa, jika kepercayaan investor semakin menurun, gelombang jual bisa meluas ke seluruh aset riil.
Dengan proyeksi penurunan PDB AS sebesar 0,3% dan penurunan harga komoditas yang terus berlangsung, skenario resesi telah menjadi topik hangat di berbagai forum ekonomi dunia.
Dalam kondisi seperti ini, langkah strategis untuk memitigasi risiko dan mengantisipasi penurunan permintaan global harus segera dirumuskan oleh para pembuat kebijakan serta pelaku pasar.**