PenaKu.ID – Tawakal atau berserah diri kepada Alloh SWT merupakan salah-satu pilar fundamental dalam keimanan seorang Muslim. Konsep ini sering disalahartikan sebagai sikap pasrah total tanpa adanya usaha.
Padahal, berserah diri kepada Alloh SWT adalah buah dari keyakinan mendalam bahwa segala sesuatu berada dalam genggaman dan kehendak Allah SWT, yang diiringi dengan ikhtiar atau usaha maksimal.
Ini adalah bentuk penyandaran hati yang mutlak kepada Sang Pencipta setelah mengerahkan seluruh kemampuan yang dimiliki.
Dengan bertawakal, seseorang akan merasakan ketenangan jiwa yang luar biasa. Beban pikiran dan kekhawatiran akan masa depan akan terasa lebih ringan karena ia percaya bahwa Allah akan memberikan hasil yang terbaik.
Berserah diri kepada Alloh SWT mengajarkan kita untuk fokus pada proses dan usaha, sementara hasilnya kita serahkan sepenuhnya kepada kebijaksanaan Ilahi. Sikap inilah yang membebaskan manusia dari rasa cemas berlebihan dan keputusasaan saat menghadapi cobaan.
Ikhtiar sebagai Gerbang Tawakal
Sebelum mencapai level tawakal, seorang hamba diwajibkan untuk melakukan ikhtiar. Usaha ini adalah wujud nyata dari tanggung jawab manusia sebagai khalifah di muka bumi. Islam mengajarkan keseimbangan, di mana doa harus diiringi dengan kerja keras.
Mengunci pintu rumah adalah bentuk ikhtiar untuk menjaga keamanan, dan setelah itu kita berserah diri kepada Alloh SWT agar rumah kita dilindungi. Keduanya adalah satu paket yang tidak dapat dipisahkan dalam ajaran Islam.
Buah Manis dari Sikap Tawakal
Orang yang benar-benar berserah diri kepada Alloh SWT akan memiliki mental yang kuat. Ia tidak mudah sombong saat meraih keberhasilan, karena sadar itu semua adalah pertolongan Allah.
Sebaliknya, ia juga tidak akan terpuruk dalam kesedihan saat mengalami kegagalan, karena yakin ada hikmah di baliknya. Buah manis dari tawakal adalah ketenangan hati, optimisme, dan hubungan yang semakin dekat dengan Allah SWT, sumber segala kekuatan.**