Religi

Puasa Tanggal Berapa: Sidang Isbat Menentukan Awal Ramadan 1446 Hijriah

Puasa Tanggal Berapa: Sidang Isbat Menentukan Awal Ramadan 1446 Hijriah
Puasa Tanggal Berapa: Sidang Isbat Menentukan Awal Ramadan 1446 Hijriah/(ilustrasi/@pixabay)

PenaKu.ID – Kementerian Agama (Kemenag) tengah bersiap menyelenggarakan Sidang Isbat untuk menetapkan awal Ramadan 1446 Hijriah.

Kegiatan ini menjadi momen penting bagi umat Islam di Indonesia karena hasil sidang inilah yang nantinya akan menentukan apakah puasa Ramadan 2025 akan dimulai pada hari Sabtu, 1 Maret 2025, atau Minggu, 2 Maret 2025.

Sidang Isbat diselenggarakan mulai sore hari ini, Jumat (28/2/2025), sebagai upaya untuk menyatukan perhitungan astronom dan pengamatan bulan secara langsung.

Pada kesempatan ini, Kemenag mengacu pada fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) 2/2004 tentang Penetapan Awal Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah.

Fatwa tersebut telah menjadi pedoman penting dalam menentukan hari-hari besar Islam dengan mengintegrasikan metode hisab (perhitungan astronom) dan rukyat (pengamatan langsung) yang memiliki peran krusial dalam penetapan awal bulan puasa tanggal berapa.

Puasa Tanggal Berapa?

Sidang Isbat bukanlah acara baru dalam kalender Islam di Indonesia. Tradisi ini sudah berlangsung selama beberapa dekade dan selalu mendapatkan perhatian khusus karena berkaitan dengan penetapan awal bulan puasa yang memiliki dampak besar terhadap kehidupan umat Islam.

Dalam sidang ini, para ahli dan pejabat Kemenag berkumpul untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil selaras dengan prinsip-prinsip syariat Islam.

Hal ini juga menjadi bentuk keseriusan pemerintah dalam menjaga kesatuan umat melalui penetapan waktu ibadah yang akurat.

Metode Hisab dan Rukyat Penetapan Awal Ramadan, Jadi Puasa Tanggal Berapa?

Dalam menentukan awal Ramadan, dua metode utama yang digunakan adalah hisab dan rukyat untuk menetukan puasa tanggal berapa.

Metode hisab mengandalkan perhitungan matematis dan astronomi untuk memprediksi posisi bulan, sedangkan rukyat mengutamakan pengamatan langsung terhadap hilal atau bulan sabit.

Penggabungan kedua metode ini menjadi strategi agar penetapan awal Ramadan semakin akurat dan dapat diterima oleh berbagai kalangan umat Islam.

Keduanya saling melengkapi untuk menghindari perbedaan penetapan yang dapat menimbulkan kebingungan di masyarakat.

Dengan pelaksanaan sidang isbat kali ini, diharapkan keputusan yang dihasilkan dapat diterima secara luas dan menjadi pedoman yang jelas bagi umat Islam di seluruh nusantara.

Kemenag melalui sidang ini juga ingin menegaskan kembali komitmennya dalam menyelenggarakan penetapan hari besar Islam secara transparan dan akurat, sehingga umat dapat menjalankan ibadah dengan penuh keyakinan dan kebersamaan.

Ikuti dan Update Berita dari PenaKu.ID di Google News

**

Exit mobile version