Ekonomi

Produksi Kayu Indonesia 2024 Melonjak, Sumatra Kokoh sebagai Lumbung Nasional

×

Produksi Kayu Indonesia 2024 Melonjak, Sumatra Kokoh sebagai Lumbung Nasional

Sebarkan artikel ini
Produksi Kayu Indonesia 2024 Melonjak, Sumatra Kokoh sebagai Lumbung Nasional
Produksi Kayu Indonesia 2024 Melonjak, Sumatra Kokoh sebagai Lumbung Nasional/(pixabay)

PenaKu.ID – Sektor kehutanan Indonesia menunjukkan kinerja impresif sepanjang tahun 2024. Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total produksi kayu bulat nasional mencapai 64,84 juta meter kubik. Angka ini menunjukkan lonjakan signifikan, lebih dari dua kali lipat dibandingkan produksi pada tahun 2015 yang hanya berada di angka 38,85 juta meter kubik.

Meskipun produksi sempat mengalami fluktuasi triwulanan di 2024, dengan penurunan singkat di triwulan II, produksi kembali melonjak di triwulan III sebelum akhirnya stabil di triwulan IV. Tren peningkatan dalam satu dekade terakhir ini menandakan permintaan yang kuat, baik dari industri domestik maupun pasar ekspor, terhadap komoditas kayu Indonesia.

Rimba Campuran dan Akasia Mendominasi Pasar Kayu Indonesia

Dari total produksi tersebut, dua jenis kayu mendominasi hampir seluruh pasokan nasional. Jenis kayu rimba campuran, yang mencakup kayu populer seperti sengon dan pinus untuk bahan baku furnitur, menjadi yang terbanyak diproduksi dengan volume 32,03 juta meter kubik.

Angka ini setara dengan hampir separuh dari total produksi kayu di Indonesia. Menyusul di posisi kedua adalah kayu akasia dengan 27,57 juta meter kubik (42,5%).

Sumatra Kontributor Utama, Eboni Tetap Premium Kayu Indonesia

Pulau Sumatra mengukuhkan posisinya sebagai lumbung kayu nasional, dengan kontribusi mencapai 42,28 juta meter kubik atau 65% dari total produksi. Di Sumatra, akasia (58,5%) dan rimba campuran (40,5%) menjadi primadona. Kalimantan menyusul sebagai kontributor terbesar kedua dengan 20,29 juta meter kubik.

Di sisi lain, kayu premium seperti Eboni memiliki produksi sangat minim (0,002%), namun harganya tetap fantastis, mencapai jutaan rupiah per meter kubik untuk pasar ekspor seperti Jepang dan Eropa.**