PenaKu.ID – Puasa Qadha Ramadan merupakan kewajiban pengganti bagi setiap muslim yang meninggalkan puasa Ramadhan dengan uzur syari seperti sakit, haid, atau karena bepergian jauh.
Meskipun dilaksanakan di luar bulan Ramadan, puasa qadha memiliki keutamaan tersendiri sebagai bukti ketaatan seseorang dalam menjalankan ibadah.
Berikut menyajikan panduan lengkap mengenai niat serta waktu pelaksanaan puasa qadha agar ibadah pengganti ini sah dan diterima oleh Allah Swt.
Niat Puasa Qadha Ramadan: Landasan Ibadah Pengganti
Niat merupakan syarat mutlak dalam setiap ibadah, termasuk puasa qadha.
Dalam konteks ini, niat adalah bentuk tekad dan kesungguhan untuk mengganti puasa wajib yang terlewat pada bulan Ramadan.
Menurut kaidah umum dalam ajaran Islam, niat sebaiknya dilakukan sebelum waktu Fajr (subuh) pada hari pelaksanaan.
Beberapa mazhab bahkan memperbolehkan niat dilakukan sejak malam sebelumnya, asalkan ada kepastian dalam hati. Lafal niat yang umum digunakan adalah:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
yang artinya, “Saya berniat puasa esok hari untuk mengganti puasa wajib bulan Ramadhan karena Allah Taala.”
Waktu dan Ketepatan Pelaksanaan Puasa Qadha Ramadan
Idealnya, pelaksanaan puasa qadha dilakukan segera setelah berakhirnya bulan Ramadhan agar tidak menunggu terlalu lama hingga datangnya Ramadhan berikutnya.
Banyak ulama menganjurkan untuk menjalankan puasa qadha pada bulan Syawal; meski demikian, hal tersebut sifatnya sunah dan tidak wajib.
Puasa qadha dapat dilakukan secara berurutan maupun terpisah, asalkan syarat dan ketentuan syariat terpenuhi. Hal ini menunjukkan bahwa waktu pelaksanaan sangat fleksibel, menyesuaikan kondisi kesehatan dan kesiapan individu.
Dengan memahami niat dan waktu pelaksanaan secara tepat, seorang muslim dapat memastikan ibadah qadha yang dilakukan benar-benar mendekatkan diri kepada Allah dan membawa keberkahan dalam hidup.**
