Oleh: Dhen
Jurnalis senior Kab Cianjur
Pilkada 2020. Di tengah era pandemi Covid-19. Sempat mundur dari jadwal awal. Di Cianjur dan Sukabumi, misalnya kini sudah mulai ramai. “calon-calon” sibuk sosialisasi.
Koalisi antar partai dan non partai tak terbendung. Kadang koalisi mereka membuat terkaget-kaget konstituen di bawahnya.
Makin giat para calon dan Tim Sukses untuk mempromosikan dirinya agar dalam hajatan Pilkada tersebut dapat meraup suara sebanyak-banyaknya. Hingga finalnya dia dapat terpilih sebagai Bupati/Wakil Bupati/Walikota/Wawali – di daerah masing-masing.
Dalam prakteknya para calon dalam tugasnya dibantu oleh tim sukses. Masing-masing calon mempunyai tim sukses sendiri. Ada yang di ring nol, ring 1 hingga ring tak terbatas.
Maka dapat dibayangkan betapa dekatnya sesungguhnya hubungan (korelasi) mereka.
Ibaratnya Simbiosis Mutualisme. Saling menguntungkan. Asalkan tidak ada khianat di antara keduanya. Artinya tim sukses yang dibentuk oleh calon dengan sungguh-sungguh karena biaya yang keluar tidak sedikit kalau tidak diimbangi dengan kinerja yang maksimal dan hanya janji-janji manis di atas kertas. Maka yang akan terjadi adalah kontra produktif. Tim sukses hanya mencari untung sesaat disela ‘hajatan’ para calon.
Apabila calon sudah kehabisan akomodasi, maka tim sukses akan dengan mudah untuk bergerilya pindah ke calon lain yang lebih ‘basah’.
Memang tidak semua tim sukses berperilaku buruk. Bak pecundang. Mengais untung dalam suasana keruh. Harmoni kerja antara calon dan tim sukses ini memang agak susah dilihat kasat mata. Sebab di depan calon, tim sukses akan nampak patuh dan tunduk sesuai dengan perintah. Tim sukses yang berhati bening tentu juga ada. Total mencari suara untuk calon-nya. Bahkan kalau perlu rela berkorban harta. Artinya di saat calon sedang sulit, tidak serta merta kemudian ditinggalkannya begitu saja.
Tim Sukses ‘Bening’, Bukan Sengkuni atau uncal
Maka calon-calon yang cerdas, tidak begitu saja memilih orang untuk menjadi tim suksesnya dalam Pilkada 2020 ini. Meski saudara sendiri belum jaminan bahwa dia akan memberikan dukungan (support) penuh kepada calon yang bersangkutan. Sebab kini eranya adalah demokrasi, kebebasan. Satu keluarga merdeka mau memilih siapa saja. Beda partai, beda calon hingga beda suara, sah-sah saja.
Selama ini kita melihat para calon dalam memilih tim sukses lebih kepada pendekatan hubungan personal, family, hubungan pertemanan. Jarang yang menggunaan jalur seleksi terbatas dengan parameter tertentu, sehingga mereka dapat diukur benar-benar apakah motivasi menjadi tim sukses karena ingin menggolkan jagonya menjadi bupati/wabup/walikota/wawali, atau sekedar numpang nama, numpang lewat dan numpang makan. Tanpa target tertentu yang hendak diraihnya.
Calon-calon sekarang sudah mempunyai tim sukses. Sebagian di antara mereka sudah bekerja. Kampanye secara resmi sudah dimulai genderang perang strategi politik sudah ditabuh. Tim sukses sudah bergerak. Melalui rapat-rapat internal, penggalangan massa terbatas, mulai dari rapat RT, RW, perkumpulan arisan, pengajian hingga memberikan bantuan yang masih terkesan malu-malu, antara mau kampanye atau mau nyumbang. Atau dua-duanya. Ambivalen alias bimbang.
Tim Sukses yang bersikap bimbang biasanya disebabkan di antaranya dalam waktu yang bersamaan mereka juga menjadi tim sukses calon lain dan tidak enak untuk melepasnya karena hubungan pertemanan tadi.
Berangkat dari pengalaman di lapangan yang tidak selalu memberikan kontra prestasi yang menggembirakan, kehadiran tim sukses bagi calon, tidak ada salahnya tapi mereka harus diseleksi. Dari Sisi kejujuran, komitmen dan sisi pengetahuan, pengalaman. Kalau tidak, maka di lapangan mereka hanya ‘bermain-main’ saja sembari melihat amunisi yang dimiliki calon.
Tim sukses ala “sengkuni” dan ala”uncal” (sebutan bagi tim yang hanya numpang makan saja) ini konon banyak jumlahnya.
Maka banyaknya tim sukses bagi calon bukan menjadi jaminan utama bahwa mereka akan mampu mendulang suara mayoritas, hingga dapat menjadikan dirinya duduk disinggasana….
“Semoga pilkada 2020 sukses dan menghasilkan pemimpin yang terbaik dari yang baik, tahapan demi tahapan pilkada baik calon, tim sukses dan pendukung pasangan calon, dapat mematuhi protokol kesehatan untuk mengantispasi penyebaran Covid-19 apalagi menjelang pencoblosan 9 Desember nanti”.