Religi

Mengapa Hari Arafah Dianggap Hari Paling Utama dalam Setahun

×

Mengapa Hari Arafah Dianggap Hari Paling Utama dalam Setahun

Sebarkan artikel ini
Mengapa Hari Arafah Dianggap Hari Paling Utama dalam Setahun
Mengapa Hari Arafah Dianggap Hari Paling Utama dalam Setahun/(ilustrasi/@pixabay)

PenaKu.ID – Hari Arafah, yang jatuh setiap tanggal 9 Dzulhijjah, merupakan momen puncak dalam rangkaian ibadah haji dan menjadi tonggak keutamaan spiritual yang sangat dijunjung tinggi oleh umat Islam di seluruh dunia.

Pada hari ini, jutaan jamaah haji berkumpul di Padang Arafah untuk melaksanakan wukuf; sebuah ritual yang menjadi inti dari ibadah haji.

Promo
Body Rafting

Paket Body Rafting Pangandaran

Serunya petualangan body rafting dengan harga mulai Rp 70.000. Mau!

pangandaranholidays.com

Pesan Sekarang

Rasulullah ﷺ pernah bersabda, “Haji adalah Arafah” (HR. Tirmidzi dan An-Nasa’i), menegaskan bahwa wukuf di Arafah adalah elemen tak terpisahkan yang menentukan sah atau tidaknya sebuah haji.

Dalam konteks ini, Hari Arafah bukan hanya sekadar tanggal dalam kalender Islam, melainkan merupakan puncak perjalanan spiritual yang menghubungkan hamba dengan Sang Pencipta.

Berikut alasan mengapa Hari Arafah disebut-sebut sebagai hari paling utama dalam setahun:

Puncak Ibadah Haji

Pada tanggal 9 Dzulhijjah, jamaah haji meninggalkan Mina dan berjalan ke Padang Arafah untuk berhenti di bawah terik matahari siang, memanjatkan doa, memohon ampun, dan merenungkan makna hidup. Seluruh kegiatan manasik haji mengerucut di wukuf, di mana setiap detik menjadi sangat berarti. Tanpa melaksanakan wukuf di Arafah, hajinya tidaklah sah, sehingga umat Islam meyakini betapa berartinya hari ini bagi para peziarah.

Rahmat dan Ampunan yang Melimpah

Sejak shubuh hingga terbenam matahari, Hari Arafah menjadi waktu di mana Allah SWT menurunkan rahmat-Nya dengan sangat luas. Setiap doa yang dipanjatkan, dzikir yang dilantunkan, serta permohonan ampun yang diucapkan memiliki nilai yang luar biasa tinggi. Inilah saat di mana pintu ampunan dibuka selebar-lebarnya oleh Allah SWT bagi mereka yang ikhlas dan sabar menunggu.

Teladan Rasulullah ﷺ

Nabi Muhammad ﷺ selalu memanfaatkan Hari Arafah untuk memperbanyak ibadah, baik saat masih melakukan haji maupun ketika beliau tidak berangkat. Beliau menganjurkan agar umatnya bersedekah, berpuasa bagi yang tidak sedang berhaji, serta menahan diri dari hal-hal yang sia-sia. Amalan-amalan inilah yang kemudian menegaskan bahwa Hari Arafah bukan hanya untuk jamaah haji, melainkan seluruh umat Islam secara global.

Wukuf di Hari Arafah

Wukuf di Arafah dilaksanakan sejak tergelincirnya matahari hingga menjelang terbenam. Seseorang yang tidak sampai di Arafah pada waktu ini dianggap batal hajinya.

Proses wukuf bukan semata-mata duduk sekitar lima jam, tetapi juga merenungi makna hidup, menahan diri dari omongan sia-sia, dan memohon ampun. Pada titik inilah jamaah haji dipersatukan dalam kerendahan hati, mengakui kelemahan manusia, serta merasakan kebersamaan dalam ketaatan kepada Allah SWT.

Hikmah Spiritual dan Sosial Hari Arafah

Selain menjadi momen memohon ampun, Hari Arafah pun menjadi wadah sosial bagi umat Islam. Kaum Muslim dipersatukan tanpa memandang negara, suku, atau strata sosial di Padang Arafah.

Persatuan ini menegaskan bahwa di mata Allah, semua manusia sama. Selain dzikir dan doa, para jamaah juga merenungkan arti kebersamaan, keikhlasan, dan pentingnya solidaritas.**