Tutup
Peristiwa

La Nina Berakhir, Menyongsong Musim Kemarau Indonesia 2025

×

La Nina Berakhir, Menyongsong Musim Kemarau Indonesia 2025

Sebarkan artikel ini
La Nina Berakhir, Menyongsong Musim Kemarau Indonesia 2025
La Nina Berakhir, Menyongsong Musim Kemarau Indonesia 2025/(ilustrasi/@pixabay)

PenaKu.ID – Fenomena anomali iklim yang selama ini menguji kondisi cuaca Indonesia telah memasuki fase baru.

Berdasarkan Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian I Maret 2025 yang dirilis oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), La Nina dinyatakan resmi berakhir dan siap menyogsong musim kemarau Indonesia 2025.

Hasil monitoring indeks IOD dan ENSO menunjukkan bahwa nilai IOD berada pada kategori Netral dengan indeks -0,31 dan anomali SST di Nino 3.4 mencapai 0,30.

Kondisi ini menandakan bahwa di tanah air akan menjalani Musim Kemarau Indonesia 2025 dengan pola cuaca yang lebih normal, tanpa pengaruh dominan dari La Nina atau El Nino.

Analisis Musim Kemarau Indonesia 2025

Dalam pemantauan cuaca, BMKG mencatat bahwa indeks IOD yang berada dalam kondisi netral mengindikasikan kestabilan pola arus laut yang mendukung cuaca seimbang. Begitu pula dengan nilai anomali SST di wilayah Nino 3.4 yang mendekati angka netral.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam konferensi pers menyatakan bahwa kondisi ini akan berlanjut hingga semester kedua 2025.

Meski demikian, perubahan musim kemarau akan terjadi secara bertahap, dimulai pada pertengahan Maret hingga April di beberapa wilayah.

Data tersebut sangat penting bagi sektor pertanian dan kebencanaan agar dapat menyesuaikan strategi dalam menghadapi cuaca yang berubah.

Prediksi Musim Kemarau Indonesia 2025

Dwikorita mengungkapkan bahwa musim kemarau di Indonesia akan mulai muncul secara perlahan seiring peralihan angin monsun Asia ke angin monsun Australia.

Di beberapa zona, terutama di pesisir utara Jawa dan wilayah Bali-Nusa Tenggara, musim kemarau diprediksi mulai terlihat sejak Maret 2025.

Pada April mendatang, sebagian wilayah lain seperti Lampung bagian timur dan pesisir Jawa Timur juga akan merasakan perubahan iklim.

Bahkan, pada Mei mendatang, prediksi menunjukkan wilayah seperti Sumatra, Jawa Tengah, dan sebagian Kalimantan Selatan akan mengalami musim kemarau lebih luas.

BMKG mengimbau agar sektor pertanian menyesuaikan jadwal tanam dan memilih varietas tanaman tahan kekeringan untuk mengantisipasi perbedaan intensitas curah hujan antar wilayah.

Di sisi lain, wilayah yang cenderung basah juga dapat dimanfaatkan untuk memperluas lahan sawah guna meningkatkan produksi pertanian.

Ikuti dan Update Berita dari PenaKu.ID di Google News

**