PenaKu.ID – Dana Moneter Internasional (IMF) menyoroti lonjakan investasi masif di sektor kecerdasan buatan (AI) yang saat ini sedang berlangsung. Dalam laporan terbarunya, IMF menyamakan fenomena ini dengan gelembung “dot-com” yang terjadi pada akhir tahun 1990-an.
Meskipun optimisme terhadap AI mendorong pertumbuhan ekonomi, Dana Moneter Internasional juga memperingatkan bahwa ledakan ini dapat menimbulkan risiko serius bagi stabilitas keuangan global jika tidak dikelola dengan hati-hati.
Menurut Kepala Ekonom IMF, Pierre-Olivier Gourinchas, euforia pasar terhadap AI telah mendorong valuasi saham teknologi ke tingkat yang sangat tinggi dan meningkatkan konsumsi melalui keuntungan modal.
Ancaman Kebijakan Moneter yang Lebih Ketat dari AI bagi IMF
Gourinchas menjelaskan bahwa perkembangan pesat AI dapat mendorong kenaikan suku bunga netral riil—tingkat suku bunga di mana kebijakan moneter tidak bersifat ekspansif maupun kontraktif.
Lonjakan investasi teknologi, valuasi saham yang tinggi, dan peningkatan konsumsi dapat memaksa bank sentral untuk menerapkan kebijakan moneter yang lebih ketat, mirip dengan yang terjadi selama era dot-com. “Perkembangan yang berkelanjutan mungkin memerlukan kebijakan moneter yang lebih ketat seperti pada akhir 1990-an,” ujarnya.
Langkah ini diperlukan untuk mendinginkan perekonomian dan mencegah inflasi yang tidak terkendali akibat euforia pasar.
Risiko Pembalikan Pasar Keuangan menurut IMF
Risiko terbesar yang diidentifikasi IMF adalah potensi pembalikan pasar keuangan secara tiba-tiba (sharp reversal). Jika teknologi AI pada akhirnya gagal memenuhi ekspektasi keuntungan yang sangat tinggi yang telah diperkirakan oleh pasar, investor dapat panik dan menjual aset mereka secara besar-besaran.
“Pasar dapat mengubah harga secara tajam,” kata Gourinchas. Koreksi pasar yang dalam ini akan mengurangi kekayaan, menekan konsumsi, dan berpotensi menimbulkan efek domino yang merambat ke seluruh sistem keuangan global.**