Ekonomi

IHSG Anjlok! Kapitalisasi Pasar RI Diseret Batu Bara dan Sinyal The Fed

×

IHSG Anjlok! Kapitalisasi Pasar RI Diseret Batu Bara dan Sinyal The Fed

Sebarkan artikel ini
IHSG Anjlok! Kapitalisasi Pasar RI Diseret Batu Bara dan Sinyal The Fed
Ilustrasi (pexels)

PenaKu.ID – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tajam pada perdagangan Kamis (31/7/25), terseret oleh tekanan eksternal dan pelemahan sektor komoditas. IHSG terkoreksi 0,87 persen atau turun 65,54 poin ke posisi 7.484,34, setelah bergerak di rentang 7.472 hingga 7.530 sepanjang sesi perdagangan.

Penurunan ini selaras dengan tren pasar global, menyusul keputusan Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat yang mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25 persen–4,5 persen. Investor global cenderung mengambil sikap wait and see menjelang rilis data inflasi serta klaim pengangguran AS yang dijadwalkan awal Agustus.

Promo
Body Rafting

Paket Body Rafting Pangandaran

Serunya petualangan body rafting dengan harga mulai Rp 70.000. Mau!

pangandaranholidays.com

Pesan Sekarang

“Pasar masih mencermati arah kebijakan moneter AS berikutnya, terutama karena inflasi inti AS belum menunjukkan penurunan signifikan,” tulis analis CGS International Sekuritas dalam riset hariannya, Kamis (31/7/25).

Penekan Utama IHSG

Sektor pertambangan menjadi penekan utama IHSG, seiring penurunan harga komoditas seperti batu bara, timah, nikel, dan emas. Tekanan harga nikel dan tembaga ikut menjatuhkan kinerja saham emiten tambang, antara lain PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Timah Tbk (TINS).

Tak hanya sektor komoditas, pelemahan juga terjadi pada saham unggulan sektor keuangan. Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tercatat menjadi salah satu kontributor negatif terbesar terhadap indeks hari ini.

Analisis Teknikal: Waspada Konsolidasi Lanjutan
Secara teknikal, IHSG diperkirakan akan menguji level support pada kisaran 7.390–7.470. Adapun level resistance berada di kisaran 7.630–7.710. Pola pergerakan harga menunjukkan potensi konsolidasi lanjutan dalam beberapa sesi ke depan.

Analis menilai investor perlu mencermati potensi rebound teknikal, terutama jika muncul katalis positif dari data ekonomi global atau penguatan harga komoditas internasional.

Valuasi Pasar & Proyeksi Jangka Panjang
Berdasarkan data dari Gurufocus, kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia saat ini mencapai sekitar 55,17 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Ini mengindikasikan pasar berada dalam kondisi “moderat overvalued”, dengan estimasi imbal hasil jangka panjang sebesar 6,8–6,9 persen per tahun.

“Valuasi pasar Indonesia masih relatif menarik, terutama dengan ekspektasi pemulihan ekonomi pasca-pemilu dan prospek fiskal yang stabil,” ujar Agung Pratama, ekonom dari Institute for Economic Strategy Indonesia (IESI), kepada CNNIndonesia.com.

Sebagai catatan, rekor tertinggi IHSG tercatat pada 19 September 2024 lalu di level 7.905,39. Meskipun saat ini indeks berada di bawah rekor tersebut, tren jangka panjang masih menunjukkan arah positif, dengan kenaikan sekitar 8 persen dalam sebulan terakhir dan lebih dari 10 persen dalam tiga bulan terakhir.

Sentimen Global Bayangi, Tapi Prospek Masih Cerah
Pelemahan IHSG pada akhir Juli 2025 mencerminkan kehati-hatian pelaku pasar terhadap ketidakpastian global dan volatilitas harga komoditas. Meski demikian, dukungan dari fundamental ekonomi domestik serta kinerja emiten yang solid tetap menjadi penopang optimisme pasar dalam jangka menengah hingga panjang.**